Siapakah Firaunnya Musa?
Firaun atau orang eropa menyebutnya Pharaoh
adalah gelar para penguasa Mesir Kuno. Jadi banyak orang yang berkuasa
di Mesir masa lalu diberi gelar Firaun/Pharaoh. Lalu yang manakah
diantara firaun-firaun tersebut yang diceritakan dalam kitab-kitab suci,
adalah firaun yang mati tenggelam saat mengejar Musa dan kaumnya?
Seperti Alkitab, Al-Qur'an juga tidak menyebutkan nama Firaun pada zaman Musa. Namun, Quran memberikan petunjuk yang cukup bagi kita saat ini untuk mengetahui Firaun yang manakah yang mati tenggelam di laut merah.
Di postingan ini akan mencoba menganalisis berbagai petunjuk yang ditawarkan oleh Al-Qur'an untuk mengidentifikasi siapa penguasa Mesir yang mengaku Tuhan ini. Pada tahap awal,akan melakukan pendekatan dari perspektif yang lebih luas, dan kemudian baru mempersempit kemungkinan firaun mana yang sangat mungkin menjadi Firaun nya Musa. Setelah itu kita akan menggunakan bukti-bukti pendukung dari Alquran itu sendiri untuk memperkuat. Akan terlihat bahwa bukti dari Al-Qur'an hampir tidak memerlukan dukungan dari Alkitab untuk menafsirkan data. Bahkan, banyak informasi Al-Qur'an dapat dicocokkan dengan data para ahli sejarah mesir (egyptologis) untuk sampai pada suatu kesimpulan .
FIRAUN-PHARAOH; GELAR PENGUASA MESIR
Raja-raja Mesir kuno pada masa Abraham [Genesis 12:10-20], Yusuf [Genesis 41] dan Musa [misalnya, Exodus 02:15] selalu disebut dengan sebutan "Pharaoh" (bentuk bahasa Arab menjadi Firaun) di dalam Alkitab. Namun Al-Qur'an, berbeda dengan Alkitab: Al Quran menyebut penguasa Mesir di masa Yusuf as. dengan sebutan 'Malik' yang berarti Raja, sedangkan Alkitab tetap menyebutnya dengan sebutan "Pharaoh". Adapun raja yang memerintah selama zaman Musa, Al-Qur'an berulang kali menyebutnya "Firaun" (Pharaoh). Studi linguistik modern tentang Mesir Kuno telah berhasil mengungkapkan tentang kata "Pharaoh/Firaun" dan penggunaannya di zaman Mesir kuno. Egyptologist terkenal dari Inggris, Sir Alan Gardiner membahas istilah "Pharaoh/Firaun" dan mengatakan bahwa contoh awal penerapannya kepada raja-raja mesir berawal pada masa pemerintahan Amenophis IV atau Amenhotep IV (c. 1353-1336 SM) yang tercatat dalam Kahun Papyrus. Mengenai istilah Pharaoh, Gardiner mengatakan:
Gardiner juga mengutip dua kemungkinan contoh lain sebelum Amenophis IV,
yaitu Tuthmosis III (1479 - 1425 SM) dan Tuthmosis IV (1400 - 1390 SM)
(sebagaimana disebutkan dalam catatan kaki nya di atas), sedangkan Hayes
telah mempublikasikan sebuah ostracon (potongan batu dari pot/vas atau
barang yang mengandung tulisan) dari masa pemerintahan bersama antara
Hatshepsut (1479 - 1458 SM) dan Tuthmosis III yang dua kali menyebut
Tuthmosis hanya sebagai "Pharaoh". Oleh karena itu, setting cerita
Al-Qur'an mengenai Musa haruslah ketika para penguasa Mesir kuno diberi
gelar Pharaoh/Firaun, yaitu, dari Dinasti ke-18 dari periode Kerajaan
Baru (New Kingdom) (c. 1539-1077 SM) dan seterusnya sampai periode
Menengah Ketiga (c. 1076-746 SM). Setelah Periode Menengah Ketiga, Mesir
diperintah oleh dinasti-dinasti lemah seperti dinasti ke-25 dan ke-26
dan kemudian oleh Persia dan kemudian oleh Roma. Periode ini jelas tidak
akan menjadi bahan pertimbangan bagi kita. Jadi, kita telah
mempersempit rentang sejarah Mesir kuno yang 3000 tahun lamanya, kini
hanya untuk skala waktu tertentu, yaitu, periode Kerajaan Baru (c.
1539-1077 SM) dan Periode Menengah Ketiga (c. 1076-746 SM) yang lamanya
sekitar 790 tahun, untuk setting cerita Musa yang sesuai dengan
Al-Qur'an.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan adalah bagaimana kita bisa mempercayai kronologi periode Kerajaan Baru (c. 1539-1077 SM) dari Mesir kuno yang disebutkan di sini? Baru-baru ini, Ramsey dkk. melakukan tes radiokarbon mengenai kronologi Mesir kuno, yang melibatkan 211 sampel tanaman berumur pendek yang terdapat pada makam-makam raja-raja mesir dan tersimpan di berbagai koleksi museum. Hasil uji karbon 14 tersebut, dengan keyakinan 95% menunjukkan bahwa awal periode Kerajaan Baru dengan Dinasti ke-18 antara 1570 SM dan 1540 SM. Sehingga saat ini kronologi Kerajaan Baru yang disarankan oleh Egyptologis, kini telah divalidasi secara ilmiah.
FIRAUN YANG PALING LAMA BERKUASA
Sekarang kita telah mengidentifikasi rentang waktu khusus untuk kisah Musa, selanjutnya marilah kita lihat lagi sebuah petunjuk dan mungkin ini adalah petunjuk yang paling penting dari semua petunjuk. Tidak seperti Alkitab, Al-Qur'an berbicara tentang satu Fir'aun yang memerintah Mesir sebelum kelahiran Musa sampai keluarnya Musa dari Mesir. Bukti untuk ini berasal dari al-Qur'an 26:18-22 dan al-Qur'an 28:7-9 .
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. [Qur'an 28:7-9]
Di sini Allah menceritakan peristiwa setelah kelahiran Musa dan bagaimana ia dihanyutkan di sungai oleh ibunya atas ilham dari Allah karena ibunya takut bayinya akan dibunuh oleh pasukan Firaun (saat itu firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki bani Israel yang lahir). Dan kemudian bayi Musa ditemukan oleh keluarga Firaun dan akhirnya istri firaun berkeinginan untuk memeliharanya.
Bagian dari dialog antara Musa (setelah kembali dari Midian (Madyan)), dengan Fir'aun, sebagaimana dikutip dalam Al Qur'an 26:18-22, membuatnya sangat jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama yang mengambil hak asuh Musa dalam masa nya.
Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil." (QS 26:18-22)
Ayat diatas menceritakan saat Firaun mengingatkan Musa bahwa Musa pernah diasuh sebagai seorang anak dalam rumah tangganya dan juga saat Musa membunuh seorang pria [Qur'an 28:33] yang menyebabkan Musa lari ke Midian. Nah, jawaban Musa dari argumen Firaun diatas adalah konfirmasi yang jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama. Selanjutnya, Musa menolak klaim Fir'aun bahwa ia telah melakukan budi baik dengan mengasuh Musa dan membiarkannya tinggal di istananya. Musa mengingatkan Firaun bahwa alasan mengapa dia berakhir di istana Firaun adalah karena perbuatan firaun itu sendiri yang memperbudak Bani Israel, termasuk larangan Bani Israel meninggalkan Mesir dan membunuh laki-laki mereka yang baru lahir. Jadi bisa disimpulkan, Firaun yang memperbudak Bani Israil masih berkuasa ketika Musa kembali ke Mesir.
Mengingat bahwa Musa lahir ketika Firaun sudah memerintah dan akhirnya firaun tewas tenggelam saat mengejar Musa dan Bani Israel, maka panjang masa pemerintahan Firaun ini dapat diperkirakan dengan menambahkan masa-masa dari peristiwa-peristiwa dibawah ini:
1. Lamanya Firaun memerintah sebelum Musa lahir;
2. Usia Musa saat ia pergi ke Midian;
3. Lamanya Musa tinggal di Midian, dan
4. Lamanya Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian.
Pertama, kita tidak tahu berapa lama Firaun ini memerintah sebelum Musa lahir karena Al-Qur'an tidak menyatakan berapa lama pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir.
Kedua, usia Musa saat ia pergi ke Midian dapat ditarik dari tafsiran Quran surat 28:14
Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [Qur'an 28:14]
Kata Balaga asyuddah dalam ayat di atas telah menimbulkan perbedaan penafsiran tentang berapa usia yang tepat yang dimaksud dengan itu. Kemudian, kata ini dilanjutkan dengan kata istawa yang berarti menetap atau mapan. Hal ini menunjukkan bahwa frase Balagah ashuddah wa istawa mengacu pada suatu tahap di kehidupan Musa di mana ia mencapai puncak dalam arti fisik serta kekuatan spiritual/psikologis. Para mufasir menafsirkan bahwa penganugerahkan kenabian pada Musa saat Musa berusia sekitar 40 tahun (Lihat tafsir-tafsir seperti Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Jalalain, Al-Kashshāf al-Zamakhsyari, dll).
Ketiga, setelah Musa membunuh salah satu orang Mesir, Musa segera melarikan diri ke Midian setelah mengetahui bahwa para pejabat di Mesir berencana untuk membunuhnya. Namun, apa yang tidak jelas adalah waktu yang berlalu antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dengan peristiwa terbunuhnya orang Mesir olehnya.Dan dibawah ini adalah ayat Quran surat Al Qashash dari ayat 14 hingga 22
Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa." Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)." Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian." Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu." Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." (QS 28:14-22)
Peristiwa-peristiwa seputar penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan terbunuhannya orang Mesir oleh Musa yang di dalam Al Qur'an disebutkan berturut-turut menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa itu mungkin dipisahkan oleh waktu yang relatif tidak lama. Namun demikian, jangka waktu peristiwa-peristiwa ini tidak diketahui secara pasti. Di Midian, Musa membantu dua gadis untuk memberi minum ternak mereka. Ayah dari gadis-gadis setuju untuk menikahkan salah satu dari mereka kepada Musa dengan sarat bahwa Musa harus bekerja padanya selama 8 tahun ditambah secara sukarela selama 2 tahun lagi untuk membuatnya genap 10 tahun sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an 28:25-29.
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu." Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik." Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan." (QS 28:25-29)
Tidak begitu dijelaskan di ayat-ayat di atas apakah Musa memenuhi 8 atau 10 tahun di Midian. Namun jelas kita bisa bilang bahwa paling lama Musa tinggal di Midian adalah 10 tahun dan paling sedikit 8 tahun.
Keempat, tidak ada ayat yang secara eksplisit menyebutkan berapa lama Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian. Meskipun demikian, ada sejumlah ayat dalam Al-Qur'an yang dapat membantu untuk memberi kita gambaran tentang lamanya waktu Musa tinggal kedua di Mesir.
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?." Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka." Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu." Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. [Qur'an Surat 7:127-137]
Beberapa potongan informasi dapat diperoleh dari ayat di atas yang menyatakan bahwa Musa tinggal kedua kalinya di Mesir untuk jangka waktu yang cukup lama, diukur dalam tahun. Pertama, mengacu pada penderitaan bertahun-tahun kekeringan dan kekurangan buah-buahan [Qur'an 7:131] dan kemudian suatu periode masa-masa kemakmuran. Dengan demikian seharusnya orang-orang Firaun dapat mengambil pelajaran dari penderitaan kekeringan dan kemakmuran mereka sehingga mereka bisa menerima nasihat. Namun sebaliknya mereka malah menyalahkan Musa dan kaumnya untuk bencana mereka dan mengklaim bahwa masa makmur mereka adalah karena mereka sendiri. Kedua, masa-masa susah itu [Qur'an 7:133] kemudian diperpanjang selama periode waktu tertentu. Ketiga, bencana seperti taufan, belalang, kutu, katak dan darah, berlangsung selama setidaknya beberapa bulan.
Sekarang marilah kita rekapitulasi jangka waktu pemerintahan Firaun
selama zaman Musa. Dengan mengandalkan data yang ditemukan di Alquran
dan tafsir-tafsir diatas, kita memiliki angka minimal pemerintahan
Firaun, yaitu 48 atau 50 tahun. Hal ini memberikan panjang minimum dari
pemerintahan Firaun. Artinya setiap Firaun yang pemerintahannya kurang
dari angka 48 atau 50 tahun bisa kita eliminasi dari kemungkinan bahwa
dia adalah Firaunnya Musa.
Apa yang belum ditemukan adalah jumlah tahun dari pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir, periode antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan tentang Musa dan insiden pembunuhannya di Mesir, dan berapa lama Musa tinggal untuk kedua kalinya di Mesir setelah kembali dari Midian. Dengan menggunakan data pada diagram diatas, mari kita periksa panjang pemerintahan Firaun di Kerajaan Baru dan Periode Menengah Ketiga. Angka 3 (a) dan 3 (b) memberikan timeline dari periode Kerajaan Baru di Mesir kuno dan pemerintahan penguasa di dalamnya. Dapat dilihat bahwa para penguasa Mesir yang telah memerintah selama hampir 50 tahun adalah Tuthmosis III (~ 54 tahun, 1479-1425 SM) dan Ramses II (~ 66 tahun, 1279-1213 SM). Dalam Periode Menengah Ketiga, hanyalah Psusennes I (~ 45 tahun, c. 1051-1006 SM) yang paling mendekati.
Jika kita mempertimbangkan kasus Tuthmosis III dari periode Kerajaan
Baru (New Kingdom), kita menemukan bahwa 4-7 tahun tidaklah cukup untuk
menjelaskan semua waktu dari pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir,
periode antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan
insiden terbunuhnya orang mesir olehnya, serta lamanya Musa tinggal
kedua di Mesir setelah kembali dari Midian. Selain itu, ada masalah lain
yang terkait dengan periode ini juga. Tuthmosis III masih anak kecil
ketika ia mewarisi takhta Mesir setelah kematian ayahnya Tuthmosis II
(1482-1480 SM). Oleh karenanya, ratu Hatshepsut (1479-1458 SM) diangkat
menjadi caretaker karena usia muda anak itu. Mereka memerintah
bersama-sama sampai 1473 SM saat Hatshepsut menyatakan dirinya Firaun.
Dia ditampilkan mengenakan pakaian laki-laki dan mengelola urusan negara
dengan dukungan penuh dari para pejabat penting. Hatshepsut menghilang
pada tahun 1458 SM ketika Tuthmosis III, yang ingin merebut kembali hak
tahta nya, memimpin pemberontakan. Setelah Tuthmosis III menjadi
penguasa tunggal, dia memotong-motong patung- patung dan relief-relief
Hatshepsut. Dengan demikian pemerintahan Tuthmosis III efektifnya hanya ~
33 tahun.
Jika kita juga mengikutkan periode akhir (c. 722-332 SM) yang terdiri dari Dinasti ke-25 dan 26 dan kemudian Persia dan kemudian Roma, di sana tidak ada penguasa yang bisa menyamai panjang pemerintahan Ramses II. Pemerintahan terpanjang selama Periode Akhir adalah Psamtik I (~ 54 tahun, 664-610 SM). Namun ini adalah masa yang sangat terlambat dan tidak mungkin untuk menjadi masa peristiwa Keluarnya (Exodus) bani Israel dari Mesir dan panjang pemerintahan Psamtik memiliki masalah yang sama seperti panjang pemerintahan Tuthmosis III (yaitu, tanpa mempertimbangkan masalah kebersamaan memerintah dengan Hatshepsut) seperti yang dibahas sebelumnya. Sehingga Ramses II dalam analisis kita saat ini menjadi satu-satunya firaun yang paling mungkin menjadi firaunnya Musa.
Seperti disebutkan sebelumnya, Ramses II memerintah selama periode waktu yang paling panjang dibandingkan dengan Firaun lainnya - total ~ 66 tahun. Untuk ini kita juga dapat menambahkan masa Ramses II menjabat sebagai kepala pemerintah bersama dengan ayahnya Seti I yang berlangsung selama sekitar 1 sampai 2 tahun sebelum Ramses II resmi mengemban tugas memerintah Mesir setelah kematian ayahnya. Hal ini akan memperpanjang pemerintahan Ramesses II menjadi sekitar 68 tahun. Jadi jika dikurangkan dengan angka pasti yang didapat dari Quran, yaitu sekitar 48-50 tahun, maka masih tersisa sekitar 18-20 tahun pemerintahan Ramses II sebelum kematiannya, yang dapat digunakan untuk memperhitungkan masa pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir, periode antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan insiden terbunuhnya orang Mesir, dan lamanya Musa tinggal kedua kalinya di Mesir setelah kembali dari Midian. Jadi dengan bukti yang tersedia Ramses II tampaknya cocok dengan pernyataan yang disebutkan dalam Al Qur'an. Dalam rangka untuk lebih memperkuat analisa kita bahwa Al Qur'an memang berbicara tentang Firaun Ramses II, mari kita lihat bukti yang mendukung dari Al Qur'an dan melihat apakah itu cocok dengan gambaran sejarah dari Ramses II.
FIRAUN SEBAGAI DEWA UTAMA MESIR KUNO
Salah satu tema utama yang muncul dalam Al Qur'an dalam kisah Musa adalah Firaun mengklaim dirinya sebagai dewa utama. Apakah Ramesses II sesuai dengan deskripsi Firaun yang mengaku sebagai dewa utama Mesir? Mari kita selidiki.
Ketika Musa menghimbau Firaun untuk menyembah satu Tuhan yang sejati, himbauan ini ditolak. Sebaliknya Firaun mengumpulkan anak buahnya dan menyatakan bahwa ia adalah Tuhan mereka, yang paling tinggi.
Sudah sampaikah kepadamu kisah Musa? Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas". dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." [Qur'an 79:15-24]
Selanjutnya, ketika Musa memperlihatkan kepada Firaun tanda-tanda yang jelas, Firaun menolaknya dan mengatakan itu tanda-tanda "palsu" atau sihir. Firaun kemudian mengumpulkan para pembesarnya dan mengatakan bahwa ia tidak mengenal Tuhan bagi mereka kecuali dia.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku! ... [Qur'an 28:38]!
Pernyataan terakhir ini sehubungan dengan kemenangan Nabi Musa. Karena setting dari kisah Musa dan Firaun dalam Al-Qur'an adalah pada periode New Kingdom, maka marilah kita lihat bahwa salah satu ciri dalam periode ini adalah pendewaan Firaun dan bagaimana pendewaan tersebut mulai menjadi norma.
Pada awal New Kingdom, pendewaan raja hidup telah menjadi praktik yang mapan, dan raja hidup bisa dirinya disembah dan dimohon bantuannya sebagai dewa. [ D. P. Silverman,"Divinities And Deities In Ancient Egypt"]
Selama masa Ramses II, pendewaan Firaun mencapai puncaknya sebagaimana dibuktikan dalam berbagai patung kultus serta didukung oleh hieroglif-hieroglif dan papirus-papirus. Mari kita lihat tiga hieroglif dari zaman Ramses II (yang memiliki prenomen Usermaatre-setepenre dan Nomen Ramses meryamun).
Stela no. 410 dari museum Hildesheim menunjukkan dua orang, satu berdiri mengenakan mahkota ganda dengan uraeus, rok pendek, kalung dan memegang apa yang disebut sapu tangan atau segel di satu tangan [Gambar 5 (a)]. Ia disebut: "Raja Mesir Hulu dan Hilir (sungai Nil), Tuhan Dua Wilayah 'Ramses-meryamun, Sang Tuhan".
Pada stela no. 1079 [Gambar 5 (b)] dari museum Hildesheim seorang pria
digambarkan mengenakan pakaian panjang diikat di pinggang, menawarkan
dua bunga dengan tangan kanannya. Di depannya adalah meja sarat dengan
berbagai macam persembahan. Di seberangnya ada dua patung, masing-masing
mengenakan rok pendek, jenggot buatan dan mahkota Mesir Hulu, dengan
uraeus di depan. Di atas dua patung adalah kata-kata: "Tuhan dari dua
wilayah 'Usermaatre-setpenre' Monthu di dua wilayah" dan "Raja
bermahkota 'Ramses-meryamun', Sang Tuhan".
Contoh terakhir kita tentang pendewaan Firaun di Mesir kuno berasal dari
Kuil Agung di Abu Simbel [Gambar 6]. Sebuah relief menarik di kuil
agung Abu Simbel menunjukkan "Tuhan dua daerah 'Usermare-setpenre'" (=
Ramses II) menyembah "Ramses-meryamun" (= Ramses II). Jelas, Ramses II
sedang menyembah Ramses II di sini. Namun, kita juga dapat melihat bahwa
penyembah dan salah satu yang disembah memiliki dua nama yang berbeda
dan nama-nama ini adalah pronomen Ramses II dan Nomen Ramses II. Dengan
melihat lebih seksama pada ikonografi mengungkapkan bahwa penyembah dan
yang disembah tidak identik. Yang disembah, dihiasi dengan disk-matahari
dan memiliki tanduk melengkung di sekitar telinganya, menggambarkan
ke-'tuhanan'nya. Oleh karena itu, Ramses II tidak hanya menyembah
dirinya sendiri, tetapi menganggap dirinya sendiri tuhan. [A. H.
Gardiner, "The Delta Residence Of The Ramessides", Journal Of Egyptian
Archaeology].
Mengenai Firaun, Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa sewenang-wenang dan mengagung-agungkan dirinya di muka bumi dengan sangat berlebihan..
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu mengagung-agungkan dirinya di muka bumi [Arabic: firʿawn la-ʿālin fi-al-ardh]. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. [Qur'an 10:83]
Kita telah melihat bagaimana Ramses II mengangkat/meninggikan atau menganggap dirinya sebagai dewa utama Mesir. Yang lebih menarik mengenai pendewaan dan peninggian posisi Ramses II ini adalah yang tertulis di Papyrus Anastasi II bertanggal kembali pada masa Merneptah, pengganti Ramses II. Papyrus Anastasi II dimulai dengan "Praise of the Delta Residence" raja-raja Ramses. Isi tekstual bagian ini mirip dengan Papyrus Anastasi IV, (6,1-6,10). Yang menarik dalam papirus ini adalah penyebutan posisi Ramses II yang ditinggikan.
(1,1) Beginning of the Recital of the Victories of the Lord of Egypt. His Majesty (l.p.h) has built himself a castle whose name is Great-of-Victories. (1,2) It lies between Djahy and To-meri, and is full of food and victuals. It is after the fashion of On of Upper Egypt, and its duration is like (1,3) that of He-Ka-Ptah. The sun arises in its horizon and sets within it. Everyone has foresaken his (1,4) (own) town and settled in its neighbourhood. Its western part is the House of Amun, its southern part the House of Seth. Astarte is (1,5) in its Levant, and Edjo in its northern part. (1,6) Ramesse-miamum (l.h) is in it as god, Mont-in-the-Two-Lands as herald, Sun-of-Rulers as vizier, Joy-of-Egypt (2,1) Beloved-of-Atum as mayor. The country has gone to its proper place. [Sumber: A. H. Gardiner, Late-Egyptian Miscellanies, 1937]
Di sini kita melihat Ramses II meninggikan dirinya dalam empat aspek yang berbeda, yaitu, sebagai tuhan, herald, vizier dan mayor. Hal ini seolah-olah untuk menunjukkan bahwa ia adalah segalanya bagi negri, dan memerintah semuanya.
Bagaimana Ramesses II berlebih-lebihan? Kata Arab musrifīn ini berasal
dari akar Sarafa yang berarti "melampaui semua batas, menjadi tidak
moderat, menjadi boros ...; menyia-nyiakan, berfoya-foya, menghabiskan"
Dalam rangka mempromosikan dirinya sebagai dewa yang hidup di bumi,
Ramses II membangun monumen-monumen kolosal di seluruh Mesir, yang
dilengkapi dengan berbagai gambar dirinya sendiri dalam skala besar.
Mungkin contoh terbaik dari cara mewah untuk mempromosikan ketuhanannya
terlihat pada Kuil Agung di Abu Simbel dimana Ramesses II digambarkan
sebagai tuhan/dewa, dan dewa Re-Horakhty digambarkan dengan skala kecil
di tengah empat patung kolosal raja [Gambar 7]. Di kuil ini pengkultusan
dipraktekkan. Dengan demikian, Ramses II tampaknya cocok dengan
penggambaran firaun yang disebut Al-Qur'an yang meninggikan dirinya dan
melampaui batas dalam cara untuk menggambarkan dirinya sebagai seorang
dewa. Masalah Ramses II membangun struktur kolosal membawa kita ke hal
penting lainnya yang disebut dalam Al-Qur'an tentang Firaun - ia disebut
Firaun awtād.
FIR'AUN - RAJA YANG MEMILIKI AWTĀD
Al-Qur'an memberikan gambaran lain yang sangat unik dan menarik dari Firaun yang dapat terbukti sangat berlaku untuk Ramses II. Ini adalah referensi Al-Qur'an kepada Firaun dalam beberapa ayat sebagai Dzul-awtād. Ayat-ayat yang relevan adalah:
Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai awtād [Qur'an 38:13]
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir'aun yang mempunyai awtād,
[Qur'an 89:6-13]
Para ahli tafsir memiliki pandangan yang berbeda untuk arti deskripsi kata Dzul-awtād, yang adalah bentuk jamak dari kata watad, memiliki arti yang berbeda. Sebagian besar sepakat bahwa awtad ini berarti pasukan, yang digunakan firaun untuk menyiksa dan menyalibkan lawan-lawannya, terutama mereka yang tidak mau menyembahnya dan beralih ke agama Musa. Yang paling menarik adalah penafsiran dari Ibnu Abbas dan Al-Dahhak yang dituliskan al-Qurtubi dalam tafsirnya:
ولم يقل ذكرها; لأنه لما كان المضمر فيه مذكرا ذكره, وإن كان اللفظ مقتضيا للتأنيث. ووصف فرعون بأنه ذو الأوتاد. وقد ٱختلف في تأويل ذلك; فقال ٱبن عباس: المعنى ذو البناء المحكم. وقال الضحاك: كان كثير البنيان, والبنيان يسمى أوتادا. وعن ٱبن عباس أيضا وقتادة وعطاء: أنه كانت له أوتاد وأرسان وملاعب يلعب له عليها. وعن الضحاك أيضا: ذو القوة والبطش. وقال الكلبي ومقاتل: كان يعذب الناس بالأوتاد, وكان إذا غضب على أحد مده مستلقيا بين أربعة أوتاد في الأرض, ويرسل عليه العقارب والحيات حتى يموت. وقيل: كان يشبح المعذب بين أربع سوار; كل طرف من أطرافه إلى سارية مضروب فيه وتد من حديد ويتركه حتى يموت. وقيل: ذو الأوتاد أي ذو الجنود الكثيرة فسميت الجنود أوتادا; لأنهم يقوون أمره كما يقوي الوتد البيت. وقال ٱبن قتيبة: العرب تقول هم في عز ثابت الأوتاد, يريدون دائما شديدا
... Ibnu Abbas mengatakan ʿ: Dzul-awtād berarti penguasa bangunan-bangunan besar. Al-Dahhak mengatakan: dia (firaun) memiliki banyak bangunan, bangunan disebut awtād....
Inilah yang membedakan Ramses II dari semua Firaun lainnya. Ramesses II terlibat dalam proyek-proyek pembangunan lebih dari firaun-firaun dan penguasa mesir lainnya sepanjang sejarah mesir kuno. Mengomentari obsesi luar biasa Ramses II dengan bangunan, Kitchen mencatat bahwa:
Ia mendirikan bangunan-bangunan yang berskala besar seperti Ramesseum Luxor, Abu Simbel, dan Pi-Ramesse yang kini hancur. Namun yang pasti dalam membangun karya-nya, Ramses II melampaui tidak hanya Dinasti XVIII tetapi setiap periode lain dalam sejarah Mesir. [Sumber: K. A. Kitchen, Pharaoh Triumphant: The Life And Times Of Ramesses II, King Of Egypt, 1982]
Demikian pula, Clayton mengakui Ramses II sebagai pembangun paling unggul diantara para Firaun Mesir kuno dan menyatakan bahwa prestasi yang terbesar adalah pembangunan dua kuil di Abu Simbel, terutama Kuil Agung:
As a monument builder Ramesses II stands pre-eminent amongst the pharaohs of Egypt. Although Khufu had created the Great Pyramid, Ramesses' hand lay over the whole land. True, he thought nothing of adding his name to other kings' monuments and statues right back to the Middle Kingdom, so that nowadays the majority of cartouches seen on almost any monument proclaim his throne name - User-maat-re ('the justice of Re is strong'). Yet his genuine building achievements are on a Herculean scale. He added to the great temples at Karnak and Luxor, completed his father Seti's mortuary temple at Gourna (Thebes) and also his Abydos temple, and built his own temple nearby at Abydos. On the west bank at Thebes he constructed a giant mortuary temple, the Ramesseum. Inscriptions in the sandstone quarries at Gebel el-Silsila record at least 3000 workmen employed there cutting the stone for the Ramesseum alone. Other major mortuary temples rose in Nubia at Beit el-Wali, Gerf Hussein, Wadi es Sebua, Derr and even as far south as Napata.
Ramesses' greatest building feat must be counted not one of these, but the carving out of the mountainside of the two temples at Abu Simbel in Nubia. The grandeur of the larger, the Great Temple, is overwhelming, fronted as it is by four colossal 60-ft (18-m) high seated figures of the king that flanked the entrance in two pairs. It is strange to reflect that whilst the smaller temple, dedicated to Hathor and Ramesses' favourite queen Nefertari, has lain open for centuries, the Great Temple was only discovered in 1813 by the Swiss explorer Jean Louis Burckhardt and first entered by Giovanni Belzoni on 1 August 1817. A miracle of ancient engineering, its orientation was so exact that the rising sun at the equinox on 22 February and 22 October flooded directly through the great entrance to illuminate three of the four gods carved seated in the sanctuary over 200 ft (60 m) inside the mountain (the fourth of the seated gods, Ptah, does not become illuminated as, appropriately, he is a god associated with the underworld). [P. A. Clayton, Chronicle Of The Pharaohs: The Reign-By-Reign Record Of The Rulers And Dynasties Of Ancient Egypt, 1994]
Juga perlu diperhatikan bahwa ayat "Firauna dzil awtād" dalam surat Al Fajr (89) diatas, disebutkan bersama dengan penduduk Iram yang memiliki pilar-pilar yang tinggi, kemungkinan besar dipotong dari batu, dan orang-orang dari kaum Tsamud yang membangun rumah di pegunungan batu. Hal ini menunjukkan bahwa Firaun Ramses II juga melakukan hal yang sama, yaitu, struktur bangunan yang dibuat dari batu. Memang Ramesses II membangun dua kuil di Abu Simbel Nubia yang dipahatkan ke batu gunung [Gambar 8]. Salah satunya disebut Kuil Agung, sebuah bangunan besar dengan empat patung kolosal Ramses II dengan posisi duduk, setinggi 20 meter, mengapit pintu masuknya. Yang lainnya adalah Kuil Kecil sekitar seratus meter sebelah timur laut dari Kuil Agung Ramses II, didedikasikan untuk dewi Hathor dan permaisuri Ramses II, Nefertari. Kuil-kuil ini dianggap sebagai prestasi bangunan terbesar dari Ramses II. Sejak Ramesses II ingin mengabadikan dirinya sendiri, ia juga memerintahkan perubahan metode yang digunakan oleh tukang batu nya. Berbeda dengan relief dangkal yang dibuat masa-masa firaun-firaun sebelumnya yang bisa dengan mudah berubah, dengan gambar dan kata-kata yang dengan mudah terhapus, Relief-relief pada masa Ramses II telah memiliki ukiran yang sangat dalam di batu, yang membuat mereka agak lebih tahan terhadap perubahan alam.
Untuk memahami pentingnya dua kuil di Abu Simbel, ada gunanya disini
AMJG menambahkan bahwa UNESCO membuat seruan internasional antara tahun
1960 dan 1980 untuk menyelamatkan monumen di Nubia ini ketika mereka
terancam oleh perendaman sebagai akibat dari pembangunan bendungan
Aswan. Respon terhadap seruan ini datang cepat dari berbagai kalangan
dan masyarakat internasional menyumbangkan uang dan usahanya untuk
merelokasi situs bersejarah ini. Untuk menciptakan kesadaran di seluruh
dunia untuk menyelamatkan monumen Nubia, kampanye dalam bentuk perangko
pun dibuat dengan menampilkan kuil-kuil di Abu Simbel, Ramses II dan
Ratu Nefertari di mana banyak negara berpartisipasi [Gambar 9]. Akhirnya
kui-kuil ini pun dipreteli dan pretelannya dipindahkan ke daerah lain
untuk dipasang kembali sekali lagi. Kuil Abu Simbel benar-benar
dibongkar hingga menjadi 1036 potong, masing-masing dengan berat
rata-rata 7-30 ton, kemudian mereka dibangun kembali di atas gunung yang
menghadap ke tempat asli, yang dibuat oleh orang Mesir kuno 3.000 tahun
yang lalu. Oleh karenanya operasi penyelamatan monumen Nubia ini
digambarkan sebagai yang terbesar dalam sejarah menyelamatkan monumen.
Uphill mencatat sembilan fitur kunci dari Pi-Ramses sebagai berikut:
sebuah kota yang berisi monumen-monumen penamaan Pi-Ramses, posisi
sentral untuk istana dan pemerintahan, akses rute ke Asia untuk tentara,
area yang luas bagi penduduk yang banyak, cocok untuk fungsi inti dari
Angkatan Darat seperti markas dll, monumen Ramses II, dewa yang relevan
saat itu, skala situs dan monumen yang memadai dan memiliki pelabuhan
sungai. Dalam sejarah timur kuno, pembangunan Pr-Ramesses tentu belum
pernah terjadi sebelumnya seperti yang Uphill tulis dalam bukunya,
Pi Ramses adalah kota kuno yang paling luas yang pernah dibangun oleh tangan manusia. Saat ini diketahui bahwa istana dan pusat pemerintahan setidaknya seluas empat mil persegi, dan kuil-kuil yang juga seluas skala ini, berkumpul membentuk koleksi terbesar dari kapel yang dibangun di dunia pra-klasik oleh satu penguasa pada satu waktu. [E. P. Uphill, The Temples Of Per Ramesses, 1984]
Dengan menggunakan magnetometer cesium, pengukuran geofisika pertama Pr-Ramses terjadi pada tahun 1996. Dan data yang dikumpulkan dari inspeksi magnetometer terakhir, proyeksi terbaru menunjukkan pusat kota setidaknya 10 kilometer persegi, sekitar 3,5 kilometer persegi lebih dari yang telah diperkirakan sebelumnya. Bila semua aspek diperhitungkan dalam perhitungan, luas kota kuno Pr-Ramses setidaknya 30 km persegi. Jika kita mempertimbangkan luas kota Pi-Ramses dibandingkan dengan kota-kota terkenal lainnya di jaman kuno daerah timur seperti kota-kota kuno Mesopotamia yang terkenal yaitu Khorsabad, Nimrud, Niniwe dan Babel, wilayah yang dicakup oleh Pi-Ramses jelas akan 'menenggelamkan' mereka semua.
Pi-Ramses, yang pernah memiliki kemegahan, sekarang tinggal reruntuhan. Kemungkinan besar, penghancuran kota megah ini disinggung dalam Al Qur'an 7:137
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka (dengan kebanggaan) [Ma kana Yasnaʿu fir'awna wa qawmuhū wa ma kanu yaʿrishūn]. [Qur'an 7:137]
Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan Fir'aun dan kaumnya yang
dihancurkan oleh Allah disini kemungkinan adalah bangunan-bangunan yang
didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota Ramses; dan
Menara yang diperintahkan Hamaan untuk mendirikannya dan sebagainya.
"MAKA PADA HARI INI KAMI SELAMATKAN TUBUHMU SUPAYA KAMU DAPAT MENJADI PELAJARAN BAGI ORANG-ORANG YANG DATANG SESUDAHMU ....."
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.[Qur'an 10:90-92]
Al-Qur'an dan Alkitab [Exodus 14:21-30 dan Exodus 15:19-21] sama-sama menyatakan bahwa Firaun tenggelam di laut. Namun, Al-Qur'an berbeda dari Alkitab karena membuat pernyataan yang sangat unik bahwa tubuh Firaun yang tenggelam diselamatkan sebagai tanda bagi generasi mendatang. Pernyataan Al-Qur'an tentang menyelamatkan tubuh Firaun cocok dengan fakta bahwa tubuh Ramses II telah bertahan dalam bentuk mumi. Mumi Ramses awalnya dimakamkan di makam VII di Lembah Para Raja (The Valley of the Kings). Beberapa dinasti kemudian, muminya dipindahkan ke makam ayahnya. Kemudian dipindah lagi di zaman kuno, bersama dengan banyak mumi lainnya, ke Deir el-Bahri di mana mumi tersebut ditemukan pada tahun 1871. Mumi Ramses sekarang terletak di Kairo di Museum Mesir. Ramses II ini berambut merah seperti ayahnya Seti I.
Beberapa hal juga perlu diceritakan disini tentang pelestarian mumi Ramses II [Gambar 12]. Pada tahun 1974, Museum Mesir, Kairo, melihat bahwa kondisi mumi memburuk dengan cepat. Mereka memutuskan untuk menerbangkan Rameses II ke Paris sehingga tim ahli bisa memberikan mumi pemeriksaan medis. Pada tanggal 26 September 1976, pesawat angkatan udara Perancis mendarat di bandara Le Bourget di luar Paris dengan membawa tubuh mumi. Ramesses II mungkin telah meninggal lebih dari 3.000 tahun tapi tubuh mumi nya disambut dengan upacara seperti upacara menyambut kepala negara hidup yang datang.
Ide membawa mumi Ramses II ke Paris untuk penyelidikan ilmiah lengkap merupakan gagasan Dr Maurice Bucaille. Proyek ini di co-sutradarai oleh Christiane Desroche-Noblecourt, kurator Antiquities Mesir di Musée du Louvre, dan Profesor Lionel Balout, Direktur Musée de l'Homme. Salah satu tujuan dari proyek ini adalah untuk mempelajari sisa-sisa mumi Firaun untuk bukti yang akan melengkapi sumber-sumber arkeologi dan tulisan lainnya. Namun, misi utama adalah untuk menyelamatkan mumi dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan serangga.
Selama pemeriksaan, analisis ilmiah mengungkapkan luka dalam pertempuran, patah tulang lama, serta kondisi medis lainnya. Dari analisis sinar-x, disimpulkan bahwa Ramses II menderita aterosklerosis dan x-ray panggul menunjukkan kalsifikasi arteri femoralis kedua. Dalam dekade terakhir hidupnya, Ramses II rupanya menderita arthritis, dan berjalan dengan punggung membungkuk. Disarankan bahwa Ramses II menderita ankylosing spondylitis. Semua ini membuat Bucaille ragu untuk menyimpulkan bahwa Ramses II adalah firaun yang mengejar Musa karena saat itu dia bungkuk dan lumpuh. Bucaille berpendapat, dengan menggunakan data Alkitab (Keluaran 02:23), bahwa anak Ramses II, Merenptah lah yang adalah Firaun yang terlibat dalam pengejaran Musa setelah kematian Ramses II.. Namun, sebuah studi baru-baru ini dengan menggunakan pencitraan yang lebih baik x-ray dan radiografi yang tidak dipublikasikan telah menyimpulkan bahwa diagnosis ankylosing spondylitis seperti yang dilaporkan dalam literatur tidak didukung. Para penulis lebih memilih diagnosis difus idiopatik skeletal hyperostosis (atau DISH) yang dikuatkan oleh studi arkeologi dan sejarah tentang atribut fisik dan eksploitasi Ramses II. Dengan demikian, kemungkinan bahwa Ramesses II adalah Firaun yang tewas di laut saat mengejar Bani Israil, tidak dapat ditolak mentah-mentah. Namun, harus ditekankan bahwa proses mumifikasi itu sendiri akan mengaburkan bahkan menghilangkan informasi penyebab sebenarnya dari kematian. Oleh karena itu, penyebab kematian Ramses II tidak dapat diverifikasi dari mumi.
Al Quran telah menceritakan banyak kaum yang dihancurkan Allah, misalnya, 'Ad dan Tsamud (Qur'an 29:38, 27:51-52), Namun Allah tidak pernah menyatakan bahwa Dia akan menyelamatkan tubuh-tubuh kaum yang dihancurkan untuk menjadi tanda bagi kaum sesudahnya. Namun, ada pengecualian tunggal, yaitu Firaun. Dalam kasus Firaun, tubuh Firaun diselamatkan untuk menjadi tanda/peringatan bagi generasi mendatang, ini adalah pernyataan yang tidak hanya terbatas pada orang-orang Mesir atau orang-orang yang hidup pada masa itu, tetapi untuk semua orang yang datang setelah dia. Mumi Ramses II dapat dilihat di Museum Mesir di Kairo.
Nah dari penulusuran dan analisis diatas, yang sesuai dengan kisah Musa dan Firaun yang terdapat dalam Quran, maka AMJG berpendapat bahwa Firaun yang memelihara Musa, menantang Musa, menganiaya bani Israel, dan akhirnya tewas tenggelam adalah Ramses II.
HAL LAIN TENTANG FIRAUN DI AL QUR'AN
Ada rincian lain juga yang Qur'an sebutkan tentang Firaun. Namun, identifikasi ini menggunakan sejarah Mesir kuno tetap sulit dipahami atau tidak lengkap. Misalnya, Al-Qur'an mengatakan bahwa Firaun memiliki sahabat bernama Haman dan Qarun. Nama Haman diduga menjadi kontradiksi sejarah dalam Al-Qur'an karena Alkitab menempatkan nama itu dalam kisah Ester. Namun tercatat bahwa Haman mungkin hanya versi Arab dari kata amana Mesir kuno. Nama dewa Mesir kuno 'IMN (atau amana) digunakan untuk menjuluki Imam Besar serta arsitek. Hal ini mirip dengan julukan/gelar raja yang memerintah pada masa Musa dipanggil firaun yang merupakan bentuk Arab dari kata Mesir kuno "per-aa", dan bentuk eropa nya menjadi pharaoh, sebuah gelar yang digunakan untuk merujuk pada raja Mesir dari periode New Kingdom dan seterusnya. Penyelidikan sejarah telah menunjukkan bahwa Bakenkhons, Imam Besar Amun selama pemerintahan Ramses II, dapat dianggap sebagai kandidat terbaik untuk Haman yang disebutkan dalam Al Qur'an.
Seperti Alkitab, Al-Qur'an juga tidak menyebutkan nama Firaun pada zaman Musa. Namun, Quran memberikan petunjuk yang cukup bagi kita saat ini untuk mengetahui Firaun yang manakah yang mati tenggelam di laut merah.
Di postingan ini akan mencoba menganalisis berbagai petunjuk yang ditawarkan oleh Al-Qur'an untuk mengidentifikasi siapa penguasa Mesir yang mengaku Tuhan ini. Pada tahap awal,akan melakukan pendekatan dari perspektif yang lebih luas, dan kemudian baru mempersempit kemungkinan firaun mana yang sangat mungkin menjadi Firaun nya Musa. Setelah itu kita akan menggunakan bukti-bukti pendukung dari Alquran itu sendiri untuk memperkuat. Akan terlihat bahwa bukti dari Al-Qur'an hampir tidak memerlukan dukungan dari Alkitab untuk menafsirkan data. Bahkan, banyak informasi Al-Qur'an dapat dicocokkan dengan data para ahli sejarah mesir (egyptologis) untuk sampai pada suatu kesimpulan .
FIRAUN-PHARAOH; GELAR PENGUASA MESIR
Raja-raja Mesir kuno pada masa Abraham [Genesis 12:10-20], Yusuf [Genesis 41] dan Musa [misalnya, Exodus 02:15] selalu disebut dengan sebutan "Pharaoh" (bentuk bahasa Arab menjadi Firaun) di dalam Alkitab. Namun Al-Qur'an, berbeda dengan Alkitab: Al Quran menyebut penguasa Mesir di masa Yusuf as. dengan sebutan 'Malik' yang berarti Raja, sedangkan Alkitab tetap menyebutnya dengan sebutan "Pharaoh". Adapun raja yang memerintah selama zaman Musa, Al-Qur'an berulang kali menyebutnya "Firaun" (Pharaoh). Studi linguistik modern tentang Mesir Kuno telah berhasil mengungkapkan tentang kata "Pharaoh/Firaun" dan penggunaannya di zaman Mesir kuno. Egyptologist terkenal dari Inggris, Sir Alan Gardiner membahas istilah "Pharaoh/Firaun" dan mengatakan bahwa contoh awal penerapannya kepada raja-raja mesir berawal pada masa pemerintahan Amenophis IV atau Amenhotep IV (c. 1353-1336 SM) yang tercatat dalam Kahun Papyrus. Mengenai istilah Pharaoh, Gardiner mengatakan:
Sebelum kita melangkah lebih jauh, pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan adalah bagaimana kita bisa mempercayai kronologi periode Kerajaan Baru (c. 1539-1077 SM) dari Mesir kuno yang disebutkan di sini? Baru-baru ini, Ramsey dkk. melakukan tes radiokarbon mengenai kronologi Mesir kuno, yang melibatkan 211 sampel tanaman berumur pendek yang terdapat pada makam-makam raja-raja mesir dan tersimpan di berbagai koleksi museum. Hasil uji karbon 14 tersebut, dengan keyakinan 95% menunjukkan bahwa awal periode Kerajaan Baru dengan Dinasti ke-18 antara 1570 SM dan 1540 SM. Sehingga saat ini kronologi Kerajaan Baru yang disarankan oleh Egyptologis, kini telah divalidasi secara ilmiah.
FIRAUN YANG PALING LAMA BERKUASA
Sekarang kita telah mengidentifikasi rentang waktu khusus untuk kisah Musa, selanjutnya marilah kita lihat lagi sebuah petunjuk dan mungkin ini adalah petunjuk yang paling penting dari semua petunjuk. Tidak seperti Alkitab, Al-Qur'an berbicara tentang satu Fir'aun yang memerintah Mesir sebelum kelahiran Musa sampai keluarnya Musa dari Mesir. Bukti untuk ini berasal dari al-Qur'an 26:18-22 dan al-Qur'an 28:7-9 .
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. [Qur'an 28:7-9]
Di sini Allah menceritakan peristiwa setelah kelahiran Musa dan bagaimana ia dihanyutkan di sungai oleh ibunya atas ilham dari Allah karena ibunya takut bayinya akan dibunuh oleh pasukan Firaun (saat itu firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki bani Israel yang lahir). Dan kemudian bayi Musa ditemukan oleh keluarga Firaun dan akhirnya istri firaun berkeinginan untuk memeliharanya.
Bagian dari dialog antara Musa (setelah kembali dari Midian (Madyan)), dengan Fir'aun, sebagaimana dikutip dalam Al Qur'an 26:18-22, membuatnya sangat jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama yang mengambil hak asuh Musa dalam masa nya.
Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil." (QS 26:18-22)
Ayat diatas menceritakan saat Firaun mengingatkan Musa bahwa Musa pernah diasuh sebagai seorang anak dalam rumah tangganya dan juga saat Musa membunuh seorang pria [Qur'an 28:33] yang menyebabkan Musa lari ke Midian. Nah, jawaban Musa dari argumen Firaun diatas adalah konfirmasi yang jelas bahwa Firaun ini adalah Firaun yang sama. Selanjutnya, Musa menolak klaim Fir'aun bahwa ia telah melakukan budi baik dengan mengasuh Musa dan membiarkannya tinggal di istananya. Musa mengingatkan Firaun bahwa alasan mengapa dia berakhir di istana Firaun adalah karena perbuatan firaun itu sendiri yang memperbudak Bani Israel, termasuk larangan Bani Israel meninggalkan Mesir dan membunuh laki-laki mereka yang baru lahir. Jadi bisa disimpulkan, Firaun yang memperbudak Bani Israil masih berkuasa ketika Musa kembali ke Mesir.
Mengingat bahwa Musa lahir ketika Firaun sudah memerintah dan akhirnya firaun tewas tenggelam saat mengejar Musa dan Bani Israel, maka panjang masa pemerintahan Firaun ini dapat diperkirakan dengan menambahkan masa-masa dari peristiwa-peristiwa dibawah ini:
1. Lamanya Firaun memerintah sebelum Musa lahir;
2. Usia Musa saat ia pergi ke Midian;
3. Lamanya Musa tinggal di Midian, dan
4. Lamanya Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian.
Pertama, kita tidak tahu berapa lama Firaun ini memerintah sebelum Musa lahir karena Al-Qur'an tidak menyatakan berapa lama pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir.
Kedua, usia Musa saat ia pergi ke Midian dapat ditarik dari tafsiran Quran surat 28:14
Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. [Qur'an 28:14]
Kata Balaga asyuddah dalam ayat di atas telah menimbulkan perbedaan penafsiran tentang berapa usia yang tepat yang dimaksud dengan itu. Kemudian, kata ini dilanjutkan dengan kata istawa yang berarti menetap atau mapan. Hal ini menunjukkan bahwa frase Balagah ashuddah wa istawa mengacu pada suatu tahap di kehidupan Musa di mana ia mencapai puncak dalam arti fisik serta kekuatan spiritual/psikologis. Para mufasir menafsirkan bahwa penganugerahkan kenabian pada Musa saat Musa berusia sekitar 40 tahun (Lihat tafsir-tafsir seperti Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Jalalain, Al-Kashshāf al-Zamakhsyari, dll).
Ketiga, setelah Musa membunuh salah satu orang Mesir, Musa segera melarikan diri ke Midian setelah mengetahui bahwa para pejabat di Mesir berencana untuk membunuhnya. Namun, apa yang tidak jelas adalah waktu yang berlalu antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dengan peristiwa terbunuhnya orang Mesir olehnya.Dan dibawah ini adalah ayat Quran surat Al Qashash dari ayat 14 hingga 22
Dan setelah Musa cukup umur dan mapan, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). Musa berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Musa berkata: "Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah- kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa." Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)." Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian." Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu." Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu." Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): "Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar." (QS 28:14-22)
Peristiwa-peristiwa seputar penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan terbunuhannya orang Mesir oleh Musa yang di dalam Al Qur'an disebutkan berturut-turut menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa itu mungkin dipisahkan oleh waktu yang relatif tidak lama. Namun demikian, jangka waktu peristiwa-peristiwa ini tidak diketahui secara pasti. Di Midian, Musa membantu dua gadis untuk memberi minum ternak mereka. Ayah dari gadis-gadis setuju untuk menikahkan salah satu dari mereka kepada Musa dengan sarat bahwa Musa harus bekerja padanya selama 8 tahun ditambah secara sukarela selama 2 tahun lagi untuk membuatnya genap 10 tahun sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an 28:25-29.
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu." Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik." Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan." (QS 28:25-29)
Tidak begitu dijelaskan di ayat-ayat di atas apakah Musa memenuhi 8 atau 10 tahun di Midian. Namun jelas kita bisa bilang bahwa paling lama Musa tinggal di Midian adalah 10 tahun dan paling sedikit 8 tahun.
Keempat, tidak ada ayat yang secara eksplisit menyebutkan berapa lama Musa tinggal di Mesir setelah kembali dari Midian. Meskipun demikian, ada sejumlah ayat dalam Al-Qur'an yang dapat membantu untuk memberi kita gambaran tentang lamanya waktu Musa tinggal kedua di Mesir.
Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?." Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka." Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu." Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. [Qur'an Surat 7:127-137]
Beberapa potongan informasi dapat diperoleh dari ayat di atas yang menyatakan bahwa Musa tinggal kedua kalinya di Mesir untuk jangka waktu yang cukup lama, diukur dalam tahun. Pertama, mengacu pada penderitaan bertahun-tahun kekeringan dan kekurangan buah-buahan [Qur'an 7:131] dan kemudian suatu periode masa-masa kemakmuran. Dengan demikian seharusnya orang-orang Firaun dapat mengambil pelajaran dari penderitaan kekeringan dan kemakmuran mereka sehingga mereka bisa menerima nasihat. Namun sebaliknya mereka malah menyalahkan Musa dan kaumnya untuk bencana mereka dan mengklaim bahwa masa makmur mereka adalah karena mereka sendiri. Kedua, masa-masa susah itu [Qur'an 7:133] kemudian diperpanjang selama periode waktu tertentu. Ketiga, bencana seperti taufan, belalang, kutu, katak dan darah, berlangsung selama setidaknya beberapa bulan.
A
B
Gambar 3: (a) Masa dari periode Kerajaan Baru di Mesir kuno dan (b) pemerintahan penguasa di dalamnya |
Apa yang belum ditemukan adalah jumlah tahun dari pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir, periode antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan tentang Musa dan insiden pembunuhannya di Mesir, dan berapa lama Musa tinggal untuk kedua kalinya di Mesir setelah kembali dari Midian. Dengan menggunakan data pada diagram diatas, mari kita periksa panjang pemerintahan Firaun di Kerajaan Baru dan Periode Menengah Ketiga. Angka 3 (a) dan 3 (b) memberikan timeline dari periode Kerajaan Baru di Mesir kuno dan pemerintahan penguasa di dalamnya. Dapat dilihat bahwa para penguasa Mesir yang telah memerintah selama hampir 50 tahun adalah Tuthmosis III (~ 54 tahun, 1479-1425 SM) dan Ramses II (~ 66 tahun, 1279-1213 SM). Dalam Periode Menengah Ketiga, hanyalah Psusennes I (~ 45 tahun, c. 1051-1006 SM) yang paling mendekati.
Gambar 4:. Panjang pemerintahan penguasa di Periode Menengah Ketiga |
Jika kita juga mengikutkan periode akhir (c. 722-332 SM) yang terdiri dari Dinasti ke-25 dan 26 dan kemudian Persia dan kemudian Roma, di sana tidak ada penguasa yang bisa menyamai panjang pemerintahan Ramses II. Pemerintahan terpanjang selama Periode Akhir adalah Psamtik I (~ 54 tahun, 664-610 SM). Namun ini adalah masa yang sangat terlambat dan tidak mungkin untuk menjadi masa peristiwa Keluarnya (Exodus) bani Israel dari Mesir dan panjang pemerintahan Psamtik memiliki masalah yang sama seperti panjang pemerintahan Tuthmosis III (yaitu, tanpa mempertimbangkan masalah kebersamaan memerintah dengan Hatshepsut) seperti yang dibahas sebelumnya. Sehingga Ramses II dalam analisis kita saat ini menjadi satu-satunya firaun yang paling mungkin menjadi firaunnya Musa.
Seperti disebutkan sebelumnya, Ramses II memerintah selama periode waktu yang paling panjang dibandingkan dengan Firaun lainnya - total ~ 66 tahun. Untuk ini kita juga dapat menambahkan masa Ramses II menjabat sebagai kepala pemerintah bersama dengan ayahnya Seti I yang berlangsung selama sekitar 1 sampai 2 tahun sebelum Ramses II resmi mengemban tugas memerintah Mesir setelah kematian ayahnya. Hal ini akan memperpanjang pemerintahan Ramesses II menjadi sekitar 68 tahun. Jadi jika dikurangkan dengan angka pasti yang didapat dari Quran, yaitu sekitar 48-50 tahun, maka masih tersisa sekitar 18-20 tahun pemerintahan Ramses II sebelum kematiannya, yang dapat digunakan untuk memperhitungkan masa pemerintahan Firaun sebelum Musa lahir, periode antara penganugerahan hikmah dan pengetahuan kepada Musa dan insiden terbunuhnya orang Mesir, dan lamanya Musa tinggal kedua kalinya di Mesir setelah kembali dari Midian. Jadi dengan bukti yang tersedia Ramses II tampaknya cocok dengan pernyataan yang disebutkan dalam Al Qur'an. Dalam rangka untuk lebih memperkuat analisa kita bahwa Al Qur'an memang berbicara tentang Firaun Ramses II, mari kita lihat bukti yang mendukung dari Al Qur'an dan melihat apakah itu cocok dengan gambaran sejarah dari Ramses II.
FIRAUN SEBAGAI DEWA UTAMA MESIR KUNO
Salah satu tema utama yang muncul dalam Al Qur'an dalam kisah Musa adalah Firaun mengklaim dirinya sebagai dewa utama. Apakah Ramesses II sesuai dengan deskripsi Firaun yang mengaku sebagai dewa utama Mesir? Mari kita selidiki.
Ketika Musa menghimbau Firaun untuk menyembah satu Tuhan yang sejati, himbauan ini ditolak. Sebaliknya Firaun mengumpulkan anak buahnya dan menyatakan bahwa ia adalah Tuhan mereka, yang paling tinggi.
Sudah sampaikah kepadamu kisah Musa? Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas". dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi." [Qur'an 79:15-24]
Selanjutnya, ketika Musa memperlihatkan kepada Firaun tanda-tanda yang jelas, Firaun menolaknya dan mengatakan itu tanda-tanda "palsu" atau sihir. Firaun kemudian mengumpulkan para pembesarnya dan mengatakan bahwa ia tidak mengenal Tuhan bagi mereka kecuali dia.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku! ... [Qur'an 28:38]!
Pernyataan terakhir ini sehubungan dengan kemenangan Nabi Musa. Karena setting dari kisah Musa dan Firaun dalam Al-Qur'an adalah pada periode New Kingdom, maka marilah kita lihat bahwa salah satu ciri dalam periode ini adalah pendewaan Firaun dan bagaimana pendewaan tersebut mulai menjadi norma.
Pada awal New Kingdom, pendewaan raja hidup telah menjadi praktik yang mapan, dan raja hidup bisa dirinya disembah dan dimohon bantuannya sebagai dewa. [ D. P. Silverman,"Divinities And Deities In Ancient Egypt"]
Selama masa Ramses II, pendewaan Firaun mencapai puncaknya sebagaimana dibuktikan dalam berbagai patung kultus serta didukung oleh hieroglif-hieroglif dan papirus-papirus. Mari kita lihat tiga hieroglif dari zaman Ramses II (yang memiliki prenomen Usermaatre-setepenre dan Nomen Ramses meryamun).
Stela no. 410 dari museum Hildesheim menunjukkan dua orang, satu berdiri mengenakan mahkota ganda dengan uraeus, rok pendek, kalung dan memegang apa yang disebut sapu tangan atau segel di satu tangan [Gambar 5 (a)]. Ia disebut: "Raja Mesir Hulu dan Hilir (sungai Nil), Tuhan Dua Wilayah 'Ramses-meryamun, Sang Tuhan".
Gambar 5: Stela no. (a) 410. (c) ini adalah inskripsi penting yang mengatakan "Ramses-meryamun, Sang Tuhan". inskripsi ini ditandai dalam kotak merah di kedua gambar stela (a) dan (b) diatas. |
Gambar 6:. Relief di Kuil Agung Abu Simbel menunjukkan Ramses II memuja Ramses II |
Mengenai Firaun, Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa sewenang-wenang dan mengagung-agungkan dirinya di muka bumi dengan sangat berlebihan..
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu mengagung-agungkan dirinya di muka bumi [Arabic: firʿawn la-ʿālin fi-al-ardh]. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. [Qur'an 10:83]
Kita telah melihat bagaimana Ramses II mengangkat/meninggikan atau menganggap dirinya sebagai dewa utama Mesir. Yang lebih menarik mengenai pendewaan dan peninggian posisi Ramses II ini adalah yang tertulis di Papyrus Anastasi II bertanggal kembali pada masa Merneptah, pengganti Ramses II. Papyrus Anastasi II dimulai dengan "Praise of the Delta Residence" raja-raja Ramses. Isi tekstual bagian ini mirip dengan Papyrus Anastasi IV, (6,1-6,10). Yang menarik dalam papirus ini adalah penyebutan posisi Ramses II yang ditinggikan.
(1,1) Beginning of the Recital of the Victories of the Lord of Egypt. His Majesty (l.p.h) has built himself a castle whose name is Great-of-Victories. (1,2) It lies between Djahy and To-meri, and is full of food and victuals. It is after the fashion of On of Upper Egypt, and its duration is like (1,3) that of He-Ka-Ptah. The sun arises in its horizon and sets within it. Everyone has foresaken his (1,4) (own) town and settled in its neighbourhood. Its western part is the House of Amun, its southern part the House of Seth. Astarte is (1,5) in its Levant, and Edjo in its northern part. (1,6) Ramesse-miamum (l.h) is in it as god, Mont-in-the-Two-Lands as herald, Sun-of-Rulers as vizier, Joy-of-Egypt (2,1) Beloved-of-Atum as mayor. The country has gone to its proper place. [Sumber: A. H. Gardiner, Late-Egyptian Miscellanies, 1937]
Di sini kita melihat Ramses II meninggikan dirinya dalam empat aspek yang berbeda, yaitu, sebagai tuhan, herald, vizier dan mayor. Hal ini seolah-olah untuk menunjukkan bahwa ia adalah segalanya bagi negri, dan memerintah semuanya.
Gambar 7: Penggambaran Ramses II sebagai dewa yang tinggal di Kuil Agung Abu Simbel. |
FIR'AUN - RAJA YANG MEMILIKI AWTĀD
Al-Qur'an memberikan gambaran lain yang sangat unik dan menarik dari Firaun yang dapat terbukti sangat berlaku untuk Ramses II. Ini adalah referensi Al-Qur'an kepada Firaun dalam beberapa ayat sebagai Dzul-awtād. Ayat-ayat yang relevan adalah:
Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai awtād [Qur'an 38:13]
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir'aun yang mempunyai awtād,
[Qur'an 89:6-13]
Para ahli tafsir memiliki pandangan yang berbeda untuk arti deskripsi kata Dzul-awtād, yang adalah bentuk jamak dari kata watad, memiliki arti yang berbeda. Sebagian besar sepakat bahwa awtad ini berarti pasukan, yang digunakan firaun untuk menyiksa dan menyalibkan lawan-lawannya, terutama mereka yang tidak mau menyembahnya dan beralih ke agama Musa. Yang paling menarik adalah penafsiran dari Ibnu Abbas dan Al-Dahhak yang dituliskan al-Qurtubi dalam tafsirnya:
ولم يقل ذكرها; لأنه لما كان المضمر فيه مذكرا ذكره, وإن كان اللفظ مقتضيا للتأنيث. ووصف فرعون بأنه ذو الأوتاد. وقد ٱختلف في تأويل ذلك; فقال ٱبن عباس: المعنى ذو البناء المحكم. وقال الضحاك: كان كثير البنيان, والبنيان يسمى أوتادا. وعن ٱبن عباس أيضا وقتادة وعطاء: أنه كانت له أوتاد وأرسان وملاعب يلعب له عليها. وعن الضحاك أيضا: ذو القوة والبطش. وقال الكلبي ومقاتل: كان يعذب الناس بالأوتاد, وكان إذا غضب على أحد مده مستلقيا بين أربعة أوتاد في الأرض, ويرسل عليه العقارب والحيات حتى يموت. وقيل: كان يشبح المعذب بين أربع سوار; كل طرف من أطرافه إلى سارية مضروب فيه وتد من حديد ويتركه حتى يموت. وقيل: ذو الأوتاد أي ذو الجنود الكثيرة فسميت الجنود أوتادا; لأنهم يقوون أمره كما يقوي الوتد البيت. وقال ٱبن قتيبة: العرب تقول هم في عز ثابت الأوتاد, يريدون دائما شديدا
... Ibnu Abbas mengatakan ʿ: Dzul-awtād berarti penguasa bangunan-bangunan besar. Al-Dahhak mengatakan: dia (firaun) memiliki banyak bangunan, bangunan disebut awtād....
Inilah yang membedakan Ramses II dari semua Firaun lainnya. Ramesses II terlibat dalam proyek-proyek pembangunan lebih dari firaun-firaun dan penguasa mesir lainnya sepanjang sejarah mesir kuno. Mengomentari obsesi luar biasa Ramses II dengan bangunan, Kitchen mencatat bahwa:
Ia mendirikan bangunan-bangunan yang berskala besar seperti Ramesseum Luxor, Abu Simbel, dan Pi-Ramesse yang kini hancur. Namun yang pasti dalam membangun karya-nya, Ramses II melampaui tidak hanya Dinasti XVIII tetapi setiap periode lain dalam sejarah Mesir. [Sumber: K. A. Kitchen, Pharaoh Triumphant: The Life And Times Of Ramesses II, King Of Egypt, 1982]
Demikian pula, Clayton mengakui Ramses II sebagai pembangun paling unggul diantara para Firaun Mesir kuno dan menyatakan bahwa prestasi yang terbesar adalah pembangunan dua kuil di Abu Simbel, terutama Kuil Agung:
As a monument builder Ramesses II stands pre-eminent amongst the pharaohs of Egypt. Although Khufu had created the Great Pyramid, Ramesses' hand lay over the whole land. True, he thought nothing of adding his name to other kings' monuments and statues right back to the Middle Kingdom, so that nowadays the majority of cartouches seen on almost any monument proclaim his throne name - User-maat-re ('the justice of Re is strong'). Yet his genuine building achievements are on a Herculean scale. He added to the great temples at Karnak and Luxor, completed his father Seti's mortuary temple at Gourna (Thebes) and also his Abydos temple, and built his own temple nearby at Abydos. On the west bank at Thebes he constructed a giant mortuary temple, the Ramesseum. Inscriptions in the sandstone quarries at Gebel el-Silsila record at least 3000 workmen employed there cutting the stone for the Ramesseum alone. Other major mortuary temples rose in Nubia at Beit el-Wali, Gerf Hussein, Wadi es Sebua, Derr and even as far south as Napata.
Ramesses' greatest building feat must be counted not one of these, but the carving out of the mountainside of the two temples at Abu Simbel in Nubia. The grandeur of the larger, the Great Temple, is overwhelming, fronted as it is by four colossal 60-ft (18-m) high seated figures of the king that flanked the entrance in two pairs. It is strange to reflect that whilst the smaller temple, dedicated to Hathor and Ramesses' favourite queen Nefertari, has lain open for centuries, the Great Temple was only discovered in 1813 by the Swiss explorer Jean Louis Burckhardt and first entered by Giovanni Belzoni on 1 August 1817. A miracle of ancient engineering, its orientation was so exact that the rising sun at the equinox on 22 February and 22 October flooded directly through the great entrance to illuminate three of the four gods carved seated in the sanctuary over 200 ft (60 m) inside the mountain (the fourth of the seated gods, Ptah, does not become illuminated as, appropriately, he is a god associated with the underworld). [P. A. Clayton, Chronicle Of The Pharaohs: The Reign-By-Reign Record Of The Rulers And Dynasties Of Ancient Egypt, 1994]
Juga perlu diperhatikan bahwa ayat "Firauna dzil awtād" dalam surat Al Fajr (89) diatas, disebutkan bersama dengan penduduk Iram yang memiliki pilar-pilar yang tinggi, kemungkinan besar dipotong dari batu, dan orang-orang dari kaum Tsamud yang membangun rumah di pegunungan batu. Hal ini menunjukkan bahwa Firaun Ramses II juga melakukan hal yang sama, yaitu, struktur bangunan yang dibuat dari batu. Memang Ramesses II membangun dua kuil di Abu Simbel Nubia yang dipahatkan ke batu gunung [Gambar 8]. Salah satunya disebut Kuil Agung, sebuah bangunan besar dengan empat patung kolosal Ramses II dengan posisi duduk, setinggi 20 meter, mengapit pintu masuknya. Yang lainnya adalah Kuil Kecil sekitar seratus meter sebelah timur laut dari Kuil Agung Ramses II, didedikasikan untuk dewi Hathor dan permaisuri Ramses II, Nefertari. Kuil-kuil ini dianggap sebagai prestasi bangunan terbesar dari Ramses II. Sejak Ramesses II ingin mengabadikan dirinya sendiri, ia juga memerintahkan perubahan metode yang digunakan oleh tukang batu nya. Berbeda dengan relief dangkal yang dibuat masa-masa firaun-firaun sebelumnya yang bisa dengan mudah berubah, dengan gambar dan kata-kata yang dengan mudah terhapus, Relief-relief pada masa Ramses II telah memiliki ukiran yang sangat dalam di batu, yang membuat mereka agak lebih tahan terhadap perubahan alam.
Gambar 8: Kuil Agung (kiri) dan Kuil Kecil (kanan) di Abu Simbel. |
Gambar 10- Atas: Lokasi Pitom dan Pi-Ramses di wilayah delta Nil. Bawah: Rekontruksi digital dari kota Pi Ramses. |
Pi Ramses adalah kota kuno yang paling luas yang pernah dibangun oleh tangan manusia. Saat ini diketahui bahwa istana dan pusat pemerintahan setidaknya seluas empat mil persegi, dan kuil-kuil yang juga seluas skala ini, berkumpul membentuk koleksi terbesar dari kapel yang dibangun di dunia pra-klasik oleh satu penguasa pada satu waktu. [E. P. Uphill, The Temples Of Per Ramesses, 1984]
Dengan menggunakan magnetometer cesium, pengukuran geofisika pertama Pr-Ramses terjadi pada tahun 1996. Dan data yang dikumpulkan dari inspeksi magnetometer terakhir, proyeksi terbaru menunjukkan pusat kota setidaknya 10 kilometer persegi, sekitar 3,5 kilometer persegi lebih dari yang telah diperkirakan sebelumnya. Bila semua aspek diperhitungkan dalam perhitungan, luas kota kuno Pr-Ramses setidaknya 30 km persegi. Jika kita mempertimbangkan luas kota Pi-Ramses dibandingkan dengan kota-kota terkenal lainnya di jaman kuno daerah timur seperti kota-kota kuno Mesopotamia yang terkenal yaitu Khorsabad, Nimrud, Niniwe dan Babel, wilayah yang dicakup oleh Pi-Ramses jelas akan 'menenggelamkan' mereka semua.
Pi-Ramses, yang pernah memiliki kemegahan, sekarang tinggal reruntuhan. Kemungkinan besar, penghancuran kota megah ini disinggung dalam Al Qur'an 7:137
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka (dengan kebanggaan) [Ma kana Yasnaʿu fir'awna wa qawmuhū wa ma kanu yaʿrishūn]. [Qur'an 7:137]
Puing-puing kota Pi Ramses |
"MAKA PADA HARI INI KAMI SELAMATKAN TUBUHMU SUPAYA KAMU DAPAT MENJADI PELAJARAN BAGI ORANG-ORANG YANG DATANG SESUDAHMU ....."
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.[Qur'an 10:90-92]
Al-Qur'an dan Alkitab [Exodus 14:21-30 dan Exodus 15:19-21] sama-sama menyatakan bahwa Firaun tenggelam di laut. Namun, Al-Qur'an berbeda dari Alkitab karena membuat pernyataan yang sangat unik bahwa tubuh Firaun yang tenggelam diselamatkan sebagai tanda bagi generasi mendatang. Pernyataan Al-Qur'an tentang menyelamatkan tubuh Firaun cocok dengan fakta bahwa tubuh Ramses II telah bertahan dalam bentuk mumi. Mumi Ramses awalnya dimakamkan di makam VII di Lembah Para Raja (The Valley of the Kings). Beberapa dinasti kemudian, muminya dipindahkan ke makam ayahnya. Kemudian dipindah lagi di zaman kuno, bersama dengan banyak mumi lainnya, ke Deir el-Bahri di mana mumi tersebut ditemukan pada tahun 1871. Mumi Ramses sekarang terletak di Kairo di Museum Mesir. Ramses II ini berambut merah seperti ayahnya Seti I.
Beberapa hal juga perlu diceritakan disini tentang pelestarian mumi Ramses II [Gambar 12]. Pada tahun 1974, Museum Mesir, Kairo, melihat bahwa kondisi mumi memburuk dengan cepat. Mereka memutuskan untuk menerbangkan Rameses II ke Paris sehingga tim ahli bisa memberikan mumi pemeriksaan medis. Pada tanggal 26 September 1976, pesawat angkatan udara Perancis mendarat di bandara Le Bourget di luar Paris dengan membawa tubuh mumi. Ramesses II mungkin telah meninggal lebih dari 3.000 tahun tapi tubuh mumi nya disambut dengan upacara seperti upacara menyambut kepala negara hidup yang datang.
Ide membawa mumi Ramses II ke Paris untuk penyelidikan ilmiah lengkap merupakan gagasan Dr Maurice Bucaille. Proyek ini di co-sutradarai oleh Christiane Desroche-Noblecourt, kurator Antiquities Mesir di Musée du Louvre, dan Profesor Lionel Balout, Direktur Musée de l'Homme. Salah satu tujuan dari proyek ini adalah untuk mempelajari sisa-sisa mumi Firaun untuk bukti yang akan melengkapi sumber-sumber arkeologi dan tulisan lainnya. Namun, misi utama adalah untuk menyelamatkan mumi dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan serangga.
Selama pemeriksaan, analisis ilmiah mengungkapkan luka dalam pertempuran, patah tulang lama, serta kondisi medis lainnya. Dari analisis sinar-x, disimpulkan bahwa Ramses II menderita aterosklerosis dan x-ray panggul menunjukkan kalsifikasi arteri femoralis kedua. Dalam dekade terakhir hidupnya, Ramses II rupanya menderita arthritis, dan berjalan dengan punggung membungkuk. Disarankan bahwa Ramses II menderita ankylosing spondylitis. Semua ini membuat Bucaille ragu untuk menyimpulkan bahwa Ramses II adalah firaun yang mengejar Musa karena saat itu dia bungkuk dan lumpuh. Bucaille berpendapat, dengan menggunakan data Alkitab (Keluaran 02:23), bahwa anak Ramses II, Merenptah lah yang adalah Firaun yang terlibat dalam pengejaran Musa setelah kematian Ramses II.. Namun, sebuah studi baru-baru ini dengan menggunakan pencitraan yang lebih baik x-ray dan radiografi yang tidak dipublikasikan telah menyimpulkan bahwa diagnosis ankylosing spondylitis seperti yang dilaporkan dalam literatur tidak didukung. Para penulis lebih memilih diagnosis difus idiopatik skeletal hyperostosis (atau DISH) yang dikuatkan oleh studi arkeologi dan sejarah tentang atribut fisik dan eksploitasi Ramses II. Dengan demikian, kemungkinan bahwa Ramesses II adalah Firaun yang tewas di laut saat mengejar Bani Israil, tidak dapat ditolak mentah-mentah. Namun, harus ditekankan bahwa proses mumifikasi itu sendiri akan mengaburkan bahkan menghilangkan informasi penyebab sebenarnya dari kematian. Oleh karena itu, penyebab kematian Ramses II tidak dapat diverifikasi dari mumi.
Al Quran telah menceritakan banyak kaum yang dihancurkan Allah, misalnya, 'Ad dan Tsamud (Qur'an 29:38, 27:51-52), Namun Allah tidak pernah menyatakan bahwa Dia akan menyelamatkan tubuh-tubuh kaum yang dihancurkan untuk menjadi tanda bagi kaum sesudahnya. Namun, ada pengecualian tunggal, yaitu Firaun. Dalam kasus Firaun, tubuh Firaun diselamatkan untuk menjadi tanda/peringatan bagi generasi mendatang, ini adalah pernyataan yang tidak hanya terbatas pada orang-orang Mesir atau orang-orang yang hidup pada masa itu, tetapi untuk semua orang yang datang setelah dia. Mumi Ramses II dapat dilihat di Museum Mesir di Kairo.
Nah dari penulusuran dan analisis diatas, yang sesuai dengan kisah Musa dan Firaun yang terdapat dalam Quran, maka AMJG berpendapat bahwa Firaun yang memelihara Musa, menantang Musa, menganiaya bani Israel, dan akhirnya tewas tenggelam adalah Ramses II.
HAL LAIN TENTANG FIRAUN DI AL QUR'AN
Ada rincian lain juga yang Qur'an sebutkan tentang Firaun. Namun, identifikasi ini menggunakan sejarah Mesir kuno tetap sulit dipahami atau tidak lengkap. Misalnya, Al-Qur'an mengatakan bahwa Firaun memiliki sahabat bernama Haman dan Qarun. Nama Haman diduga menjadi kontradiksi sejarah dalam Al-Qur'an karena Alkitab menempatkan nama itu dalam kisah Ester. Namun tercatat bahwa Haman mungkin hanya versi Arab dari kata amana Mesir kuno. Nama dewa Mesir kuno 'IMN (atau amana) digunakan untuk menjuluki Imam Besar serta arsitek. Hal ini mirip dengan julukan/gelar raja yang memerintah pada masa Musa dipanggil firaun yang merupakan bentuk Arab dari kata Mesir kuno "per-aa", dan bentuk eropa nya menjadi pharaoh, sebuah gelar yang digunakan untuk merujuk pada raja Mesir dari periode New Kingdom dan seterusnya. Penyelidikan sejarah telah menunjukkan bahwa Bakenkhons, Imam Besar Amun selama pemerintahan Ramses II, dapat dianggap sebagai kandidat terbaik untuk Haman yang disebutkan dalam Al Qur'an.
0 komentar:
Posting Komentar