Rusia akan menyerbu Ukraina jika gabung NATO
Pemerintah Rusia mengeluarkan ancaman keras kepada Ukraina jika negara bekas Uni Soviet itu bergabung ke NATO.
Moskow mengancam akan melakukan serangan militer pendahuluan menyusul aksi provokatif NATO berusaha mengerahkan pasukannya di perbatasan Rusia dengan merekrut Georgia dan Ukraina untuk bergabung ke NATO.
Ribuan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina siap menggempur jika negara itu nekat masuk menjadi anggota NATO. (AP).
Russia Today, dalam laporannya, Senin (07/04/2014) melaporkan, ancaman perang dari Rusia itu menyusul terjadi pertemuan antara NATO dan para pejabat Georgia dan Ukraina di Brussels guna merancang pembicaraan tentang Rencana Aksi Keanggotaan (MAP) pada September 2014 mendatang.
Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan resminya menegaskan Moskow memperingatkan Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO.
“Rakyat Ukraina tidak mendukung penggabungan ke NATO. Jika hal itu dipaksakan, kami akan melakukan langkah-langkah pendahuluan untuk mencegah itu terjadi, termasuk pilihan untuk melakukan serangan militer,” bunyi pernyataan itu.
Membelot, 8 ribu pasukan Ukraina pindah ke Rusia
Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan adanya aksi bergabungnya 8 ribu pasukan Ukraina di Crimea ke Rusia. (Reuters).
Sekitar 8.000 tentara Ukraina yang bertugas di Crimea meninggalkan pangkalan militer dan bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, dilansir Reuters, Senin (07/04/2014) mengatakan angka tersebut dan mengatakan tentara Ukraina itu mengajukan permohonan izin untuk bergabung dengan tentara Rusia, dan sekitar 3.000 tentara Ukraina telah bergabung dengan pasukan Rusia.
Shoigu juga mengatakan, pasukan Ukraina lainnya telah meninggalkan semenanjung Laut Hitam. Selain itu, Shoigu membantah bahwa Rusia melanggar perjanjian yang ditandatangani dengan Kiev untuk meningkatkan kehadiran militernya di semenanjung itu.
Dokumen NATO: Target singkirkan Presiden Vladimir Putin!
Sebuah dokumen rahasia milik aliansi pakta pertahanan Atlantik
Utara (NATO), mengungkap adanya skenario untuk menyingkirkan Presiden
Rusia, Vladimir Putin, dari kursi kepresidenan.
Putin, di mata AS dan NATO adalah rintangan besar dalam mewujudkan ambisi hegemoni AS untuk menguasai negara-negara di Eropa Timur dan sejumlah negara bekas Uni Soviet, khususnya penempatan perisai-perisai rudal yang selama ini ditentang keras oleh Putin.
Dalam laporan yang beredar, dilansir Dekapfile, (08/04/2014), AS dan NATO merencanakan sejumlah sabotase di sejumlah lokasi di Rusia, dengan maksud untuk menghasut rasa takut publik dan menyalah Putin atas kebijakannya mengambil alih Crimea dari Ukraina.
Dokumen itu juga menyebut, Putin harus segera dienyahkan, karena NATO melihat gelagat Putin akan kembali beraksi untuk menganeksasi kota-kota lain di Ukraina Timur. Gegalat itu tampak dari sejumlah aksi demonstrasi di tiga kota di wilayah timur Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Satu yang menjadi perhatian NATO adalah kecermatan Putin dalam melakukan analisa intelijen. Pengalaman Putin sebagai agen KGB di masa Uni Soviet memberi keuntungan bagi Putin untuk membaca aksi intelijen yang ditujukan padanya.
Selangkah lagi, Kota Donetsk di Ukraina jadi milik Rusia
Ribuan demonstran pro-Rusia di kota Donetsk, Ukraina timur mendeklarasikan kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk secara independen dan menyatakan bergabung dengan Federasi Rusia.
Dilansir Russia Today, Selasa (08/04/2014), legislatif daerah Donetsk memutuskan untuk mengadakan referendum untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada 11 Mei mendatang.
Para demonstran juga meminta Rusia untuk mengirim pasukan guna
menjaga wilayah yang akan dimerdekakan itu. Sementara itu di dekat kota
Kharkiv, bentrokan meletus antara demonstran pro-Moskow dan pro-Kiev.
Unjuk rasa pro-Rusia menjadi pemandangan umum di timur kota Ukraina selama beberapa minggu terakhir ini. Orang-orang bersenjata pro-Rusia telah menduduki markas keamanan negara di kota Luhansk, Ukraina timur, menuntut adanya referendum untuk bergabung ke Rusia, menyusul Crimea.
Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), para demonstran berbaris di Luhansk dan kota lain di bagian timur Ukraina, Donetsk, dimana demonstran melemparkan petasan ke arah polisi anti huru hara.
Para demonstran menuntut agar kota-kota itu mengadakan referendum mengenai apakah akan berpisah dengan Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia, referendum yang sama dengan yang diadakan di Krimea bulan lalu.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menuding Presiden Rusia Vladimir Putin menghasut dan membiayai terjadinya masalah di Ukraina timur.
“Ini akan jadi alasan Rusia untuk menyerang kami dengan alasan melindungi etnis Rusia, sama seperti yang terjadi di Crimea. Putin ada di belakang semua ini,” tegas Avakov.
Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia.
Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia. (31 Maret 2014).
Ketua Parlemen Oleksandr Turcinov dan Presiden interim Ukraina menggelar pertemuan darurat dengan para menteri dan petinggi militer untuk membahas masalah yang diyakini akan menjadi pintu masuk Rusia mengirim pasukan di dua kota di timur Ukraina itu.
Sebelumnya, pasukan Rusia dilaporkan telah menembak mati seorang perwira Angkatan Laut Ukraina di wilayah yang baru bergabung ke Rusia itu.
Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), sebelum terjadi penembakan, terjadi perselisihan hebat antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.
Berita penembakkan itu terjadi saat hubungan Rusia dan Ukraina didukung Eropa serta AS tengah memanas.
Pemerintah Kremlin belum memberikan komentar terkait insiden penembakan yang menewaskan perwira AL Ukraina itu. Kementerian Pertahanan Rusia juga belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden pertama pasca penggabungan Crimea ke Rusia.
Kepung Rusia, NATO tambah armada jet tempurnya menuju perang Armageddon
Menyikapi permusuhan dengan Rusia, NATO dalam keputusannya sepakat menambah jumlah jet tempur yang berpatroli atas wilayah Baltik tiga kali lipat. Dilansir Reuters, Kamis (10/04/2014), penambahan jumlah jet NATO di Eropa Timur itu merupakan angka tertinggi untuk melindungi sekutunya di Eropa tengah pasca krisis Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia.
Awal bulan April 2014, para menteri luar negeri NATO mengadakan pertemuan di Brussels untuk membahas langkah-langkah memperkuat kehadiran militer di negara-negara anggota NATO di Eropa Timur. Langkah-langkah itu termasuk pengiriman tentara dan peralatan NATO serta latihan militer di wilayah tersebut.
Penumpukan pasukan militer yang dilakukan Amerika Serikat dan NATO sebagai persiapan menghadapi Rusia terkait krisis Ukraina kemungkinan besar akan memicu sebuah perang habis-habisan (Armageddon).
“Tindakan AS dan NATO dengan menempatkan pasukan dalam jumlah banyak di kawasan Baltik telah menghancurkan kepercayaan pemerintah Rusia dan berpotensi menuju perang,” demikian isi laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax, Kamis (10/04/2014).
SVR dalam laporannya menilai, AS telah mengambil langkah provokatif militer melawan Rusia. Langkah NATO mengerahkan pasukan militer di perbatasan Rusia telah melanggar perjanjian NATO dan Rusia tahun 1997 serta Konvensi Montreux.
Di laporan itu juga ada saran kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mempersiapkan segala sesuatu, termasuk kemungkinan paling buruk, yakni perang habis-habisan dengan NATO.
AS sendiri mengalami banyak kegagalan dan menekan Rusia dan kini kehilangan pengaruh ekonomi Rusia sudah menghilangkan dollar dalam transaksi perdagangannya.
Rusia dan AS, Siapkan Peperangan Besar!
William Jones, analisis politik dan militer AS kepada CBS News, Minggu (20/04/2014) menyebut, tak diragukan lagi Washington dan Moskow sedang mempersiapkan perang besar dengan meningkatkan pasukan di perbatasan Ukraina serta bersikukuh atas penumpukan militer di negara-negara tetangga.
Pemerintah Rusia mengeluarkan ancaman keras kepada Ukraina jika negara bekas Uni Soviet itu bergabung ke NATO.
Moskow mengancam akan melakukan serangan militer pendahuluan menyusul aksi provokatif NATO berusaha mengerahkan pasukannya di perbatasan Rusia dengan merekrut Georgia dan Ukraina untuk bergabung ke NATO.
Ribuan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina siap menggempur jika negara itu nekat masuk menjadi anggota NATO. (AP).
Russia Today, dalam laporannya, Senin (07/04/2014) melaporkan, ancaman perang dari Rusia itu menyusul terjadi pertemuan antara NATO dan para pejabat Georgia dan Ukraina di Brussels guna merancang pembicaraan tentang Rencana Aksi Keanggotaan (MAP) pada September 2014 mendatang.
Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan resminya menegaskan Moskow memperingatkan Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO.
“Rakyat Ukraina tidak mendukung penggabungan ke NATO. Jika hal itu dipaksakan, kami akan melakukan langkah-langkah pendahuluan untuk mencegah itu terjadi, termasuk pilihan untuk melakukan serangan militer,” bunyi pernyataan itu.
Membelot, 8 ribu pasukan Ukraina pindah ke Rusia
Departemen Pertahanan Rusia mengumumkan adanya aksi bergabungnya 8 ribu pasukan Ukraina di Crimea ke Rusia. (Reuters).
Sekitar 8.000 tentara Ukraina yang bertugas di Crimea meninggalkan pangkalan militer dan bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, dilansir Reuters, Senin (07/04/2014) mengatakan angka tersebut dan mengatakan tentara Ukraina itu mengajukan permohonan izin untuk bergabung dengan tentara Rusia, dan sekitar 3.000 tentara Ukraina telah bergabung dengan pasukan Rusia.
Shoigu juga mengatakan, pasukan Ukraina lainnya telah meninggalkan semenanjung Laut Hitam. Selain itu, Shoigu membantah bahwa Rusia melanggar perjanjian yang ditandatangani dengan Kiev untuk meningkatkan kehadiran militernya di semenanjung itu.
Dokumen NATO: Target singkirkan Presiden Vladimir Putin!
Quote:
|
Putin, di mata AS dan NATO adalah rintangan besar dalam mewujudkan ambisi hegemoni AS untuk menguasai negara-negara di Eropa Timur dan sejumlah negara bekas Uni Soviet, khususnya penempatan perisai-perisai rudal yang selama ini ditentang keras oleh Putin.
Dalam laporan yang beredar, dilansir Dekapfile, (08/04/2014), AS dan NATO merencanakan sejumlah sabotase di sejumlah lokasi di Rusia, dengan maksud untuk menghasut rasa takut publik dan menyalah Putin atas kebijakannya mengambil alih Crimea dari Ukraina.
Dokumen itu juga menyebut, Putin harus segera dienyahkan, karena NATO melihat gelagat Putin akan kembali beraksi untuk menganeksasi kota-kota lain di Ukraina Timur. Gegalat itu tampak dari sejumlah aksi demonstrasi di tiga kota di wilayah timur Ukraina yang berbatasan dengan Rusia.
Satu yang menjadi perhatian NATO adalah kecermatan Putin dalam melakukan analisa intelijen. Pengalaman Putin sebagai agen KGB di masa Uni Soviet memberi keuntungan bagi Putin untuk membaca aksi intelijen yang ditujukan padanya.
Selangkah lagi, Kota Donetsk di Ukraina jadi milik Rusia
Ribuan demonstran pro-Rusia di kota Donetsk, Ukraina timur mendeklarasikan kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk secara independen dan menyatakan bergabung dengan Federasi Rusia.
Dilansir Russia Today, Selasa (08/04/2014), legislatif daerah Donetsk memutuskan untuk mengadakan referendum untuk bergabung dengan Federasi Rusia pada 11 Mei mendatang.
Quote:
|
Unjuk rasa pro-Rusia menjadi pemandangan umum di timur kota Ukraina selama beberapa minggu terakhir ini. Orang-orang bersenjata pro-Rusia telah menduduki markas keamanan negara di kota Luhansk, Ukraina timur, menuntut adanya referendum untuk bergabung ke Rusia, menyusul Crimea.
Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), para demonstran berbaris di Luhansk dan kota lain di bagian timur Ukraina, Donetsk, dimana demonstran melemparkan petasan ke arah polisi anti huru hara.
Para demonstran menuntut agar kota-kota itu mengadakan referendum mengenai apakah akan berpisah dengan Ukraina dan menjadi bagian dari Rusia, referendum yang sama dengan yang diadakan di Krimea bulan lalu.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menuding Presiden Rusia Vladimir Putin menghasut dan membiayai terjadinya masalah di Ukraina timur.
“Ini akan jadi alasan Rusia untuk menyerang kami dengan alasan melindungi etnis Rusia, sama seperti yang terjadi di Crimea. Putin ada di belakang semua ini,” tegas Avakov.
Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia.
Tank-tank Ukraina di kota Gvardeiskoye, dekat Simferopol, Krimea sebelum diangkut untuk dikirim ke Ukraina setelah Krimea diambil-alih oleh Rusia. (31 Maret 2014).
Ketua Parlemen Oleksandr Turcinov dan Presiden interim Ukraina menggelar pertemuan darurat dengan para menteri dan petinggi militer untuk membahas masalah yang diyakini akan menjadi pintu masuk Rusia mengirim pasukan di dua kota di timur Ukraina itu.
Sebelumnya, pasukan Rusia dilaporkan telah menembak mati seorang perwira Angkatan Laut Ukraina di wilayah yang baru bergabung ke Rusia itu.
Dilansir AFP, Senin (07/04/2014), sebelum terjadi penembakan, terjadi perselisihan hebat antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.
Berita penembakkan itu terjadi saat hubungan Rusia dan Ukraina didukung Eropa serta AS tengah memanas.
Pemerintah Kremlin belum memberikan komentar terkait insiden penembakan yang menewaskan perwira AL Ukraina itu. Kementerian Pertahanan Rusia juga belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden pertama pasca penggabungan Crimea ke Rusia.
Kepung Rusia, NATO tambah armada jet tempurnya menuju perang Armageddon
Menyikapi permusuhan dengan Rusia, NATO dalam keputusannya sepakat menambah jumlah jet tempur yang berpatroli atas wilayah Baltik tiga kali lipat. Dilansir Reuters, Kamis (10/04/2014), penambahan jumlah jet NATO di Eropa Timur itu merupakan angka tertinggi untuk melindungi sekutunya di Eropa tengah pasca krisis Ukraina dan reunifikasi Crimea dengan Rusia.
Awal bulan April 2014, para menteri luar negeri NATO mengadakan pertemuan di Brussels untuk membahas langkah-langkah memperkuat kehadiran militer di negara-negara anggota NATO di Eropa Timur. Langkah-langkah itu termasuk pengiriman tentara dan peralatan NATO serta latihan militer di wilayah tersebut.
Penumpukan pasukan militer yang dilakukan Amerika Serikat dan NATO sebagai persiapan menghadapi Rusia terkait krisis Ukraina kemungkinan besar akan memicu sebuah perang habis-habisan (Armageddon).
“Tindakan AS dan NATO dengan menempatkan pasukan dalam jumlah banyak di kawasan Baltik telah menghancurkan kepercayaan pemerintah Rusia dan berpotensi menuju perang,” demikian isi laporan dinas rahasia Rusia, Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR), dilansir Inter-fax, Kamis (10/04/2014).
SVR dalam laporannya menilai, AS telah mengambil langkah provokatif militer melawan Rusia. Langkah NATO mengerahkan pasukan militer di perbatasan Rusia telah melanggar perjanjian NATO dan Rusia tahun 1997 serta Konvensi Montreux.
Di laporan itu juga ada saran kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mempersiapkan segala sesuatu, termasuk kemungkinan paling buruk, yakni perang habis-habisan dengan NATO.
AS sendiri mengalami banyak kegagalan dan menekan Rusia dan kini kehilangan pengaruh ekonomi Rusia sudah menghilangkan dollar dalam transaksi perdagangannya.
Rusia dan AS, Siapkan Peperangan Besar!
William Jones, analisis politik dan militer AS kepada CBS News, Minggu (20/04/2014) menyebut, tak diragukan lagi Washington dan Moskow sedang mempersiapkan perang besar dengan meningkatkan pasukan di perbatasan Ukraina serta bersikukuh atas penumpukan militer di negara-negara tetangga.
0 komentar:
Posting Komentar