Korban pembantaian di Sebrenica, Bosnia, 1995 lalu.
Den Haag (SI Online) - Kementerian Pertahanan Belanda, Kamis (10/4/2014), akan membayar uang kompensasi sebesar 20.000 euro atau sekitar Rp 317 juta untuk keluarga Muslim Bosnia korban pembantain Srebrenica pada 1995.
Pernyataan itu, menyusul keputusan bersejarah pengadilan Belanda tahun lalu yang menyatakan negara bertanggung jawab atas kematian sekitar 8.000 Muslim Bosnia itu.
Ini adalah kali pertama pemerintah Belanda melakukan aksi bertanggung jawab, atas "kesalahan" pasukan Belanda yang bertugas di bawah mantan pasukan penjaga perdamaian PBB di Srebrenica.
"Kami menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam kepada para keluarga korban dan kami harap ini (kompensasi) bisa membantu mengatasi rasa kehilangan mereka," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Belanda, Klaas Meijer.
Uang kompensasi itu diberikan sebagai ganti rugi atas kerusakan psikologi yang diderita empat kerabat tiga pria yang tewas dalam pembantaian itu.
"Uang kompensasi lain akan diberikn untuk kerugian material seperti hilangnya mata pencaharian akibat pembunuhan itu," tambah Meijer.
Uang kompensasi itu, akan diberikan kepada mantan penerjemah PBB Hasan Nuhanovic yang kehilangan ayah, ibu dan saudara laki-lakinya.
Hasan kehilangan keluarganya, dalam pembantaian yang dilakukan pasukan Serbia Bosnia setelah pasukan Belanda mengusir mereka dari pangkalan PBB yang mereka jaga.
Rizo Mustafic, seorang ahli listrik di pangkalan PBB itu, juga tewas setelah diserahkan kepada pasukan Serbia Bosnia. Janda dan putra Mustafic masiing-masing akan menerima kompensasi sebesar 20.000 euro atau sekitar Rp 317 juta.
Pembantaian Srebrenica adalah peristiwa paling berdarah di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sebanyak 8.000 orang pria dan anak laki-laki Muslim dibantai pasukan Serbia Bosnia pimpinan Jenderal Ratko Mladic pada 1995.
Saat itu, pasukan Serbia Bosnia menyerbu Srebrenica yang seharusnya merupakan sebuah kantung aman bagi warga Muslim Bosnia. Warga kemudian meminta bantuan pasukan Belanda yang menjaga sebuah pangkalan PBB di Srebrenica.
Namun, pasukan Belanda yang hanya dibekali persenjataan ringan tak bisa berbuat banyak saat pasukan Serbia Bosnia kemudian menggiring warga Muslim menuju kematian mereka.
Ratko Mladic yang kemudian dijuluki "Jagal dari Bosnia" dan mantan politisi Serbia Bosnia, Radovan Karadzic kini tengah menjalani persidangan dengan dakwaan melakukan genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kedua orang itu menjalani sidangnya di pengadilan khusus kejahatan perang Yugoslavia di Den Haag, Belanda.
red: shodiq ramadhan
0 komentar:
Posting Komentar