Breaking News
Loading...
Selasa, 29 April 2014

Kronologi Pembunuhan Muslimah Rohingya Saat Bersalin Selasa, 29 April 2014, 06:51 WIB Komentar : 12 Facebook

23.38
Rumah Sakit SittweREPUBLIKA.CO.ID,  Zuhra Khatun (18 tahun) merupakan putri Abdul Amin. Dia tinggal di kamp pengungsi Sittwe no.H-74 di Ohn Taw Gyi. Ibu muda itu memiliki rasa sakit dan tak mampu melahirkan bayi.

Dia pun pergi ke Klinik Dar Paing untuk berobat pada 15 April 2014 pukul 4 sore. Hanya, dia tetap tidak bisa disembuhkan.

Kemudian, dokter di klinik tersebut menjelaskan kepada Zuhra bahwa dia memiliki dua bayi yang telah mati di rahimnya. Akan tetapi, dokter tak dapat melakukan operasi karena peralatan yang terbatas. Dokter kemudian merujuk Zuhra untuk dioperasi di Rumah Sakit Umum Sittwe untuk operasi.

Sebenarnya, orang tua Zuhra melarang putrinya untuk pergi ke rumah sakit. Mereka kerap mendengar informasi jika dokter di rumah sakit tersebut kerap membunuh pasien Rohingya alih-alih mengobati pasien. Hanya, demi menyembuhkan kesakitan yang diderita putrinya, Zuhra pun diizinkan pergi.

Seorang polisi kemudian datang bersama aparat keamanan. Mereka tiba di klinik dengan sebuah mobil. Mereka memberitahu orang tua Zuhra jika putrinya akan segera sembuh dan kembali dari rumah sakit dua hari setelah dirawat dan pulih kembali. Petugas meminta orang tua Zuhra agar tidak khawatir.

Mustafa Begum (45 tahun), putra Muhammad, menemani Zuhra ke rumah sakit. Mustafa merupakan pengungsi Rohingya di camp H-45 di Ohn Taw Gyi (1). Mustafa kemudian menjadi saksi dari pembunuhan terhadap Zuhra yang dilaporkan rvision, media yang memantau penanganan pengungsi Rohingya.

Mereka tiba di Rumah Sakit Umum Sittwe pada pukul 5 sore, 15 April 2014. Setelah tiba di rumah sakit, Zuhra langsung dibawa ke ruang rumah sakit.  Dokter di rumah sakit lantas mengambil tindakan operasi untuk Zuhra. Dokter pun membiusnya hingga Zuhra tak sadar pada pukul 11 malam pada 16 April 2014.

Saat sadar, dia kemudian dibawa ke Mustafa Begum. Mustafa pun melihat luka  goresan dan lebam seperti habis dipukul. Tim dokter kemudian mengambil mayat bayi dari rahim Zuhra. Dokter menggunakan sejumlah peralatan medis untuk menambah cedera di tubuh Zuhra. Mustafa mencoba mencegah, hanya dokter mengabaikan saran Mustafa.

Usai operasi sesar, seorang petugas kebersihan datang dan menggeletakkan mayat bayi di dalam plastik itu di lantai. Petugas tersebut meminta Mustafa untuk melempar mayat itu ke kamar jenazah.

Kondisi Zuhra pun semakin parah karena dokter tidak membiarkan makanan dan minuman masuk ke tubuhnya. Pada 24 April 2014, pukul 4 sore, dokter tiba di kamar Zuhra. Dia lalu mulai mengeluarkan peralatannya untuk menambah luka di sekitar tubuh Zuhra.
Mustafa mencoba mencegah. Dokter tidak mendengarkan dan tetap saja menyiksa Zuhra. Pasien itu kemudian menangis karena kesakitan. Menurut Mustafa, dokter lalu marah dan mengeluarkan suntikan. Dia kemudian menyuntik Zuhra. Usai disuntik, Zuhra mengeluarkan napas terakhir dan tewas seketika.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer