JAKARTA (voa-islam.com) - Bukan hanya
digembosi. Kalau bisa pemilu 2014 ini, sebagai ladang pembantaian
"killing field" bagi partai-partai Islam. Partai Islam tamat di tahun
2014 ini. Sehingga, pemilu 2019, nanti hanya tinggal partai-partai
sekuler belaka.
Harian katolik-Kompas, melalui
Litbangnya, di awal Januari 2014, sudah mengeluarkan hasil survei, dan
menjadi 'headline' (berita utama), tidak ada satupun Partai Islam, yang
lolos threshold, kecuali PKB. CSIS juga sama mengeluarkan survei, tidak
ada satupun Partai Islam yang lolos threshold. Rata-rata dibawah 3
persen.
Survei-survei lainnya, mengeluarkan
hasil yang sama, Partai-Partai Islam sudah tidak ada lagi yang meminati.
Apalagi, kasus korupsi yang menimpa beberapa anggota atau pimpinan
Partai Islam terlibat korupsi, sudah di blow up media-media kristen dan
sekuler, dan dibuat citra yang sangat buruk terhadap Partai Islam.
Padahal, rajanya korupsi itu, Partai-Partai Sekuler. PDIP, Golkar, dan Demokrat, seperti yang diungkapkan oleh KPK.
Partai-Partai Islam yang melakukan
korupsi tak lebih dari tiga orang, tetapi berita sudah sangat luar
biasa. Sementara itu, partai-partai yang tokohnya terlibat korupsi tidak
menjadi 'news' bagi media.
Apalagi, usaha-usaha Partai-partai
Islam yang ingin membangun koalisi sesama Partai Islam diberitakan
dengan sangat negatif. Sudah tidak bermanfaat, sudah basi, dan sudah
kedaluwarsa, dan berbagai pandangan negatif lainnya, termasuk melakukan
wawancara 'tokoh' yang sangat miring terhadap partai Islam.
Maka, menghadapi kondisi ini,
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M.
Romahurmuziy menilai ada pihak yang ingin menggagalkan wacana koalisi
parpol Islam di 2014.
"Wacana
koalisi partai Islam ini memang digembosi oleh pihak-pihak yang tidak
ingin partai tengah terbentuk," ujar Romahurmuziy di Jakarta, Jumat
(15/11/2013).
Menurutnya,
pihak yang ingin menggembosi koalisi parpol Islam ini adalah parpol
nasionalis. Partai tengah seperti PPP, PAN, PKB, dan PKS diperlukan oleh
partai nasionalis untuk pemilihan presiden nanti.
"Karena
partai-partai nasionalis perlu hadirnya partai tengah untuk menjadi
teman koalisi sebab dengan situasi politik yang ada kemungkinan
perolehan suara mereka tidak mungkin cukup untuk maju sendiri dalam
pilpres," ungkapnya.
Romi,
panggilan akrabnya, tidak menyebut siapa parpol nasionalis yang
dimaksud. Namun jika dilihat keterwakilan parpol di DPR, di luar PPP,
PAN, PKB, dan PKS, ada Demokrat, Golkar, PDIP, Hanura, dan Gerindra
(semuanya parpol nasionalis).
"Katakanlah
yang berkoalisi PPP, PAN, dan PKB. Hari ini kursinya sudah mencapai 117
kalau ditambah PKS menjadi 169. Jauh di atas kebutuhan kursi untuk
pencalonan presiden yang hanya 112 kursi," ungkapnya.
Atas
dasar perhitungan tersebut, PPP menilai peluang terbentuknya koalisi
ini sangat terbuka dan sangat mungkin untuk memajukan capresnya sendiri.
"Untuk
dapat terwujud koalisi partai Islam atau yang ia sebut dengan partai
tengah, masing-masing partai Islam harus menekan ego atau keinginan
untuk memunculkan capresnya masing-masing," ujarnya.
Adanya langkah-langkah yang sangat
negatif itu, tidak jarang membuat kalangan Partai Islam nyalinya menjadi
ciut, dan tidak lagi bernyali membangun koalisi sesama Partai Islam.
(afgh/dbs/voa-islam.com)
Selasa, 22 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar