Breaking News
Loading...
Rabu, 23 April 2014

Filipina, Negeri Islam yang Hilang (1)

02.18
Filipino Muslims 490x326 Filipina, Negeri Islam yang Hilang (1)Laporan Khusus
Oleh Saad Saefullah — Kamis 5 Zulhijjah 1434 / 10 October 2013 19:27
Oleh: Imam Fathurrahman
MENJELANG hari terakhir saya di Filipina. Entah hari yang ke berapa yang jelas saya sudah mulai rindu kampung halaman. Rindu bertemu istri dan anak di kampung. Rindu untuk bisa berlebaran bersama keluarga tercinta setelah sebelumnya bergumul ria dengan aktivitas pekerjaan. Sebuah perasaan yang memuncah indah jauh di lubuk hati. Meskipun nantinya saya akan kembali ke Manilla, namun sepertinya perasaan rindu ini begitu besarnya. Ya Allah tolong lancarkan proses kepulanganku kali ini.
Hari Sabtu ini teman-teman saya di kantor Philipine akan pergi bersama dengan saya untuk city tour. Saya tidak tahu tujuannya akan kemana yang jelas saya senang karena bisa pergi bersama-sama dengan teman-teman kantor di Filipina. Ya malam hari sebelum berangkat Ms. Agnes sudah menelpon memberitahukan hal ini. Saya diharapkan untuk siap di hotel jam 8.30 karena jam 8.45 pagi Mr. Jing akan menjemput untuk kemudian pergi dari kantor jam 9 pagi.
Tepat jam 08.45 Atasan saya mengabarkan kalau dia sudah di Lobbi lewat officer yang menelpon saya. Beliau juga berpesan untuk membawa payung dan jaket karena khawatir hujan. Saya akhirnya turun setelah sebelumnya mengenakan jaket dan membawa payung menemui atasan saya. Kita sepertinya pergi dulu ke kantor. Tidak lupa beliau menanyakan kabar saya dan saya jawab baik-baik saja.
Jam 9 tepat, kami tiba di kantor. Tampak sudah siap teman yang lainnya. Malah sudah dipersiapkan semuanya termasuk air minum dan makanan kecil. Saya bingung kenapa tidak memakai mobil mereka. Karena saya lihat mereka membawa payung juga dari mobil untuk kemudian turun ke lantai 1. Namun saya ikut saja maklum tidak tahu rencana mereka. Ternyata mereka sudah menyiapkan tour agent untuk mengantarkan kami keliling Filipina. Saya dikenalkan dengan mereka. Namun saya lupa namanya, yang jelas satu orang perempuan paruh baya yang akan menjadi guider kami dan seorang pria sebagai drivernya.
Guider mengenalkan dirinya dan beliau juga agak kaget karena berfikir saya yang akan diajak jalan-jalan sudah paruh baya. Saya hanya tersenyum saat dia bilang ternyata masih muda. Dia menjelaskan kepada saya dan teman-teman tentang tujuan kita saat ini adalah untuk mengenalkan Filipina ke saya. Saya tersenyum saja dan hanya bilang opo dan oo (ya dalam bahasa tagalog).
Sepanjang perjalanan guider terus menerus berbicara menjelaskan semua yang kami lewati. Tiba di komplek perumahan elit, mereka juga menjelaskan bagaimana Ayala dibangun oleh pengusaha lokal Filipina dimana dimulai dari kecil hingga sekarang besar dan dikelilingi oleh gedung-gedung bertingkat seperti di Jakarta. Mereka juga menjelaskan kalau di Ayala adalah kantor untuk Call Center, perbankan, hotel dll. Yang jelas mirip sekali kawasan sudirman Jakarta.
Tempat pertama yang kami singgahi adalah American Semitari. Merupakan kuburan dengan berpuluh ribu orang yang meninggal saat perang dunia I dan II di kawasan Filipina. Saya hanya bisa lihat bagaimana rapi dan bersihnya kuburan itu. Di tengah mereka bangun semacam monumen berisi nama-nama orang yang meninggal di Philipine baik kebangsaan Amerika, Philipine ataupun yang lainnya. Semuanya gugur sebagai pahlawan kemerdekaan Philipine dan juga perang dunia.
Kesan pertama adalah megah dan rapih dengan kuburan berjejer indah dihiasi hijaunya rerumputan. Sepertinya Amerika sengaja membuat kuburan itu sebagai sebuah penghormatan. Saya diceritakan oleh guider bahwa ini merupakan salah satu semitari yang ada di dunia yang dikelola langsung oleh Amerika. Maklum mereka ketat sekali mengawasi area ini terlihat adanya helikopter yang berputar-putar. Bersyukur kami bisa masuk mengingat ketatnya penjagaan. Sepertinya kalau pribadi akan sulit untuk masuk. Namun karena tour guide punya kartu masuk akhirnya kami bisa masuk tanpa halangan.
Dari semitari, guider mengajak kami ke daerah pantai di Manilla. Yang jelas pertama kali saya lihat adalah Mall terbesar di Asia dengan nama Mall of Asia. Luas sekali sepertinya akan memakan waktu lama untuk berkeliling. Guider bilang jika kita ingin menyusuri semuanya dan rata-rata 10 menit di tiap toko akan memakan waktu 3 hari 3 malam untuk menyusurinya. Masyaallah.. luas banget ya.. Bentuknya seperti perahu karena letaknya dekat pantai. Namun kali ini kita tidak mampir disana melainkan ada tempat lain.
Di sudut mal guider bercerita akan adanya tempat pembuatan film. Disana bisa dilihat bagaimana mereka menciptakan efek gempa, gunung meletus dll. Hanya sayang saya tidak masuk. Di tempat lainnya yang merupakan pantai Mrs. Marcos karena pada zaman presiden Marcos, Mrs. Marcos selalu saja mengatakan pantai ini sebagai pantainya. Rakyat Philipine juga ternyata berterima kasih kepada Mrs. Marcos karena jasa beliau MRT dan LRT dibangun sebagai sarana transportasi.
BERSAMBUNG

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer